tag:blogger.com,1999:blog-77068083722379470072024-02-19T10:54:40.012+07:00PIMPINAN PUSAT PPMUnknownnoreply@blogger.comBlogger329125tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-91844437295299733252018-08-20T10:47:00.003+07:002018-08-20T10:47:52.043+07:00Jejak Uni Soviet dan Jepang dalam Asian Games 1962<a href="https://news.detik.com/berita/d-4173796/jejak-uni-soviet-dan-jepang-dalam-asian-games-1962?_ga=2.230434078.348706020.1534591816-1964814513.1522156979"><span style="background-color: white; color: #8c8c8c; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 12px;">Sudrajat - detikNews, </span><b style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;">Jakarta</b><span style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;"> -</span></a><br />
<span style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;"><br /></span>
<div style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; margin-bottom: 20px;">
Ketika Presiden Sukarno berniat membangun tugu setinggi 132 meter (yang kemudian dinamai Monas), Perdana Menteri Uni Soviet, Nikita Khruschev menyindirnya. "Tuan Presiden, kalau orang sedang telanjang, maka yang harus didahulukan adalah beli celana. Jangan sedang telanjang yang didahulukan beli dasi," kata Khruschev seperti tertuang dalam buku <em>Sahabat Lama, Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia </em>karya Tomi Lebang.</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicQaFbn1K3HbXLDMzAsZgwrumXNukIYUwaFw1osUZ_ekEm1hxdJQQXe5gup4_tSNbz0KnFsS4cDJx36_l1PpQ3p0xsqdK2S60oJl9AjXuL8IzQk8LwdXF-0UWXUPsoOGfsgc6JMjdP4IRz/s1600/asian+games+1962.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="435" data-original-width="780" height="222" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicQaFbn1K3HbXLDMzAsZgwrumXNukIYUwaFw1osUZ_ekEm1hxdJQQXe5gup4_tSNbz0KnFsS4cDJx36_l1PpQ3p0xsqdK2S60oJl9AjXuL8IzQk8LwdXF-0UWXUPsoOGfsgc6JMjdP4IRz/s400/asian+games+1962.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Presiden Sukarno saat membuka Asian Games 1962 (Foto: Repro dari Dari GBK ke GBK)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; margin-bottom: 20px;">
Mendengar sindiran tersebut, Sukarno membalas, "Lha, pada waktu rakyat Soviet Uni sedang telanjang, sedang menderita, rakyat di Samar dekat Leningrad kelaperan. <em>Kok</em>, Soviet Uni mendirikan monumen-monumen, <em>kok</em>mendirikan lambang-lambang?"</div>
<div style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; margin-bottom: 20px;">
Tak cuma dalam pembangunan Monas, Uni Soviet kemudian berperan besar dalam sejumlah proyek pembangunan infrastruktur Asian Games 1962. Salah satu yang paling sering disebut adalah Gelora Bung Karno dan Istora di Senayan.</div>
<div style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; margin-bottom: 20px;">
Semua proyek itu dikebut pembangunannya begitu Indonesia dinyatakan sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asian Games pada 1958, mengalahkan Pakistan. Padahal Indonesia kala itu cuma punya lapangan Ikada yang jauh dari memadai untuk acara berskala internasional.<br /></div>
<table class="linksisip" style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; width: 540px;"><tbody>
<tr><td><div class="lihatjg">
<strong>Baca juga: </strong><a data-action="Berita Pilihan" data-category="Detil Artikel" data-label="List Berita" href="https://sport.detik.com/read/2018/08/18/190826/4172277/82/maladi-tokoh-di-balik-siaran-televisi-asian-games-1962" style="color: #19378f; font-weight: bold; text-decoration-line: none;" target="_blank">Maladi, Tokoh di Balik Siaran Televisi Asian Games 1962</a></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; margin-bottom: 20px;">
"Pada saat proses penghitungan suara dalam sidang AGF, yang dihadiri secara lengkap oleh para anggotanya, yang diselenggarakan di Sankei Kaikan, akhirnya Jakarta berhasil mengumpulkan 22 suara pendukung, menang tipis atas Karachi, ibukota Pakistan, yang memperoleh 20 suara, sementara satu suara dinyatakan <em>void</em> atau batal," tulis Amin Rahayu dalam bukunya <em>Asian Games 1962, Motivasi, Capaian, serta Revolusi Mental dan Keolahragaan d Indonesia.</em></div>
<div style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; margin-bottom: 20px;">
Menurut Amin, kemenangan Indonesia itu adalah buah diplomasi setelah dua proposal sebelumnya selalu ditolak. Maklum, sebagai negara baru merdeka, Indonesia masih harus menghadapi berbagai gerakan separatis yang sangat mungkin mengganggu keamanan.</div>
<div style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; margin-bottom: 20px;">
Ketika resmi ditunjuk sebagai penyelenggara, lalu berbagai infrastruktur olah raga dibangun, tak semua orang Indonesia setuju. Maklum, kala itu kondisi ekonomi masih morat-marit. Sehingga pembangunan yang dilakukan lebih dianggap sebagai 'Proyek Mercusuar' Sukarno.<br /></div>
<table class="linksisip" style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; width: 540px;"><tbody>
<tr><td><div class="lihatjg">
<strong>Baca juga:<a href="https://news.detik.com/berita/4171795/bukan-dari-mrapen-ini-sumber-api-asian-games-1962"> </a></strong><a href="https://news.detik.com/berita/4171795/bukan-dari-mrapen-ini-sumber-api-asian-games-1962">Bukan dari Mrapen, Ini Sumber Api Asian Games 1962</a></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; margin-bottom: 20px;">
Bung Hatta yang kala itu sudah mundur sebagai pendamping Sukarno secara khusus menyampaikan keberatannya lewat surat kepada Perdana Menteri Djuanda pada 24 Juni 1958. Selain kondisi ekonomi yang kembang-kempis, keikutsertaan Israel dan Taiwan bakal menjadi persoalan politik yang pelik. Kepada Djuanda, Hatta meminta agar kesediaan menjadi tuan rumah Asian Games ditinjau ulang.</div>
<div style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; margin-bottom: 20px;">
Reaksi Sukarno sangat keras mengetahui hal tersebut. Kepada Cindy Adams dalam <em>Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia</em>, dia menyebut mereka yang mengkritiknya sebagai berwawasan picik dengan mentalitas warung kelontong karena menilai pembangunan infrastruktur sebagai penghambur-hamburan uang rakyat.</div>
<div style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; margin-bottom: 20px;">
"Ini semua bukanlah untuk keagungankau, tapi agar seluruh bangsaku dihargai oleh seluruh dunia. Seluruh negeriku membeku ketika mendengar Asian Games 1962 akan diselenggarakannya di ibukotanya," kata Sukarno.</div>
<br />
<center style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px;">
</center>
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; margin-bottom: 20px; margin-top: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
Memberantas kelaparan, ia melanjutkan, memang penting tapi memberi jiwa mereka yang telah tertindas dengan sesuatu yang dapat membangkitkan kebanggaan, ini juga penting."<span> </span></div>
<table class="linksisip" style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; width: 540px;"><tbody>
<tr><td><div class="lihatjg">
<strong>Baca juga: </strong><a href="https://news.detik.com/berita/4172284/sabotase-di-gelora-bung-karno-dan-asian-games-1962">Sabotase di Gelora Bung Karno dan Asian Games 1962</a></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; margin-bottom: 20px;">
Untuk segala persiapan, Sukarno mendapat pinjaman dari Uni Soviet sebesar US$ 12,5 juta. Tentu tak semua dalam bentuk modal, tapi juga dengan mengirimkan para insinyurnya yang berpengalaman membangun stadion.</div>
<div style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; margin-bottom: 20px;">
Selain utang dari Soviet, sejatinya hal yang membuat berani Sukarno untuk menjadi tuan rumah Asian Games adalah adanya dana pampasan perang dari Jepang. Jumlahnya, menurut Amin Rahayu, senilai 223.390.000 juta dolar AS yang akan dilunasi selama 12 tahun dengan cicilan 20 juta dolar AS selama 11 tahun, dan sisanya 3,08 juta dolar AS akan dilunasi pada tahun ke-12 atau 1970.</div>
<div style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; margin-bottom: 20px;">
Soal peran Jepang dalam menyiapkan berbagai infrastruktur untuk Asian Games 1962 ini diungkapkan utusan khusus Presiden Jokowi untuk bidang ekonomi, Rachmat Gobel. Di hadapan ratusan pengusaha Jepang, dia mengungkapkan ada andil besar Jepang dalam pembangunan Hotel Indonesia, hotel di Sukabumi dan Bali, Stasiun TVRI, Sarinah, Jembatan Semanggi, Jembatan Ampera di Palembang, dan lainnya.</div>
<div style="background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; margin-bottom: 20px;">
"Sampai sekarang jejak dan wujudnya masih ada dan sangat terasa manfaatnya. Ayah saya juga mendapat proyek pembuatan 10 ribu televisi bekerja sama dengan Matshusita," paparnya dalam Forum Bisnis Indonesia-Jepang, 29 November 2017.</div>
<div>
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #2d2d2d; font-family: Helvetica, Arial; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; margin-bottom: 20px; margin-top: 0px; orphans: 2; text-align: left; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-21847283518725509252018-07-14T10:19:00.001+07:002018-07-14T10:19:34.109+07:00Jabat Pangkostrad, Ini Lesatan Karier Letjen TNI Andika Perkasa<span style="background-color: #ebebeb; color: #555555; font-family: opensans-regular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-weight: 700;">Irfan Ma'ruf · Sabtu, 14 Juli 2018</span><br />
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #555555; font-family: opensans-regular; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
<span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">JAKARTA, iNews.id</span> – Panglima TNI Marsekal TNI <a href="https://www.inews.id/search?tag=hadi-tjahjanto" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #d92129; text-decoration-line: none;">Hadi Tjahjanto </a>menunjuk Komandan Kodiklat Letjen TNI <a href="https://www.inews.id/news/read/180405/letjen-tni-andika-perkasa-jabat-pangkostrad" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #d92129; text-decoration-line: none;">Andika Perkasa</a> sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). Andika menggantikan Letjen TNI Agus Kriswanto yang memasuki masa pensiun.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #555555; font-family: opensans-regular; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Pergantian tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/673/VII 2018 tanggal 13 Juli 2018 tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEij15EAHnU_B5PvxjfoVdPB8W78f-nwJLIXJ7ySQ_x2X5CYMvEcjWMmQdSg4VsWcjkfgn6LbrVS4S2JGIKPjPHQQupkfSbQK0m85GhyphenhyphenGtLcavlgiOf_i0ef_1l8ac_kp0Xvudw9o_rOaNZD/s1600/andika_2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="822" height="155" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEij15EAHnU_B5PvxjfoVdPB8W78f-nwJLIXJ7ySQ_x2X5CYMvEcjWMmQdSg4VsWcjkfgn6LbrVS4S2JGIKPjPHQQupkfSbQK0m85GhyphenhyphenGtLcavlgiOf_i0ef_1l8ac_kp0Xvudw9o_rOaNZD/s320/andika_2.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #555555; font-family: opensans-regular; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
”Betul, Dankodiklat Letjen TNI Andika Perkasa dipromosikan sebagai Pangkostrad untuk menggantikan Letjen TNI Agus Kriswanto yang dimutasi sebagi Pati Mabes TNI AD dalam rangka pensiun,” ujar Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI Mohammad Sabrar Fadillah dikonfirmasi <span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;"><em style="box-sizing: border-box;">iNews.id</em></span>, Jumat (13/7/2018) malam.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #555555; font-family: opensans-regular; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Dalam surat mutasi itu secara keseluruhan terdapat 29 perwira tinggi (pati) dan menengah (pamen) yang dimutasi. Untuk mengisi jabatan Dankodiklat yang ditinggalkan Andika Perkasa, Panglima TNI menunjuk Mayjen TNI AM Putranto yang saat ini menjabat sebagai Pangdam II/Sriwijaya.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #555555; font-family: opensans-regular; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
<span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">Karier Meroket</span><br style="box-sizing: border-box;" />Promosi jabatan sebagai Pangkostrad makin melengkapi karier emas Andika Perkasa. Dengan penunjukan ini, praktis hanya sekitar enam bulan dia menjabat Dankodiklat.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #555555; font-family: opensans-regular; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Lahir di Bandung, Jawa Barat pada 21 Desember 1964, Andika menempuh pendidikan Akademi Militer pada 1987. Rekam jejaknya dimulai dengan menjabat sebagai perwira pertama infanteri di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD Grup 2/Para Komando.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #555555; font-family: opensans-regular; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
<span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">BACA JUGA: <a href="https://www.inews.id/news/read/52-pati-tni-naik-pangkat-menantu-hendropriyono-resmi-bintang-tiga?sub_slug=nasional" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #d92129; text-decoration-line: none;">Menantu Hendropriyono Resmi Menyandang Jenderal Bintang Tiga</a></span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #555555; font-family: opensans-regular; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Di Korps Baret Merah itu, dia juga pernah bertugas di Satuan-81/Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus selama 12 tahun. Andika lantas mengenyam penugasan di Departemen Pertahanan dan Mabes TNI AD. Tetapi setelahnya dia kembali bertugas di Kopassus sebagai Komandan Batalyon 32/Apta Sandhi Prayuda Utama, Grup 3/Sandhi Yudha.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #555555; font-family: opensans-regular; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Di level perwira menengah, Andika pernah menjabat sebagai Sespri Kepala Staf Umum (Kasum) TNI, Komandan Resimen Induk (Danrindam) Kodam Jaya/Jayakarta di Jakarta, Komandan Resor Militer (Danrem) 023/Kawal Samudera Kodam I/Bukit Barisan di Sibolga, Sumatera Utara.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #555555; font-family: opensans-regular; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Nama Andika mulai mencorong ketika pada 25 November 2013 diangkat sebagai Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AD berdasarkan Keputusan Panglima TNI No Kep/871/XI/2013 tanggal 8 November 2013. Itu artinya dia mendapatkan promosi sebagai jenderal bintang satu (Brigjen TNI).</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #555555; font-family: opensans-regular; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Hanya 11 bulan Andika menjabat Kadispenad. Kariernya kian berkilau ketika pada 22 Oktober 2014 dipercaya sebagai Komandan Paspampres menggantikan Mayjen TNI Doni Monardo. Jabatan mentereng itu hanya berselang dua hari setelah pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joko Widodo-Jusuf Kalla. Andika pun resmi menyandang jenderal bintang dua.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #555555; font-family: opensans-regular; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Lesatan karier itu sempat mengundang pertanyaan banyak pihak. Sejumlah kalangan menilai rekam jejak hebat itu tak lepas dari campur tangan mertua Andika, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Abdullah Mahmud Hendropriyono. Seperti diketahui, Hendropriyono merupakan pendukung Jokowi-JK. Benarkan demikian?</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #555555; font-family: opensans-regular; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
<br style="box-sizing: border-box;" /></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #555555; font-family: opensans-regular; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
<span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;">Editor : Zen Teguh</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: opensans-regular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; padding-bottom: 8px; padding-top: 8px;">
<a class="btn btn-default" href="https://www.inews.id/news/read/180513/jabat-pangkostrad-ini-lesatan-karier-letjen-tni-andika-perkasa?page=2" style="background-color: #d92129; background-image: none; border-radius: 4px; border: 1px solid rgb(204, 204, 204); box-sizing: border-box; color: white; cursor: pointer; display: inline-block; line-height: 1.42857; margin-bottom: 0px; padding: 6px 12px; text-align: center; text-decoration-line: none; touch-action: manipulation; user-select: none; vertical-align: middle; white-space: nowrap;">Halaman Selanjutnya <span class="fa fa-arrow-right" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; box-sizing: border-box; display: inline-block; font-family: FontAwesome; font-size: inherit; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: 1; text-rendering: auto;"></span></a></div>
<div>
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-73073819667176158732018-07-14T10:05:00.000+07:002018-07-14T10:05:03.234+07:00Narasi baru si Pitung, hero masyarakat Betawi asal Rawa Belong<span style="background-color: white; color: #999999; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 14px;">Reporter : </span><a href="https://www.merdeka.com/reporter/syakur-usman/" rel="nofollow" style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #ff4e00; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration-line: none; text-size-adjust: 100%;" target="_blank">Syakur Usman</a><br />
<b style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;"><a href="http://merdeka.com/">Merdeka.com</a> - </b><span style="background-color: white; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px;">Bagai kisah klasik, cerita mengenai Pitung, tokoh hero di masyarakat Betawi, tak pernah lekang oleh waktu. Nama Pitung begitu melekat di hati dan menjadi legenda kebanggaan bagi penduduk asli </span><b style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;"><a href="http://www.merdeka.com/tag/j/jakarta/" style="background: none 0px 0px repeat scroll transparent; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #2b67a2; font-family: arial; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration-line: none; text-size-adjust: 100%;">Jakarta</a></b><span style="background-color: white; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px;"> ini, terutama bagi orang Betawi di kampung Rawa Belong, Jakarta Barat. Sebagai anak Betawi asli dengan nama orisinal Salihun, Pitung lahir di Rawa Belong pada 1870, menurut kerabat dekatnya yang masih hidup saat ini.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNr4JDF23ZrX1g7JYD9k8r2G__3AigxwZRTUU3JKeEjc54sCO5YWBF6a3Sd20_-4hk6RsqMHMez6bqY-5zP1w2uxtqarM9y3UI9OEIbTq4uW8OBDmgdMb1CpbfrOYbWaGGs1VGLg5Np62q/s1600/narasi-baru-si-pitung-hero-masyarakat-betawi-asal-rawa-belong.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="335" data-original-width="670" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNr4JDF23ZrX1g7JYD9k8r2G__3AigxwZRTUU3JKeEjc54sCO5YWBF6a3Sd20_-4hk6RsqMHMez6bqY-5zP1w2uxtqarM9y3UI9OEIbTq4uW8OBDmgdMb1CpbfrOYbWaGGs1VGLg5Np62q/s320/narasi-baru-si-pitung-hero-masyarakat-betawi-asal-rawa-belong.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
Sepak terjangnya terkenal sebagai pembela rakyat miskin dan ditindas oleh tuan tanah dan pemerintah kolonial Belanda saat itu. Tak heran bila kepahlawan Pitung disandingkan dengan toko hero Robin Hood, asal hutan Sherwood, Inggris. Namun di mata pemerintah kolonial Belanda, Pitung dinilai sebagai perampok dan penjahat.</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
Ibarat dua sisi mata uang, cerita Pitung selalu menawarkan dua sisi menarik; sebagai pahlawan atau penjahat. Sisi mana yang lebih tepat untuk menggambarkan sosok pujaan masyarakat Betawi asal Rawa Belong ini? Dan benarkah Pitung adalah gerakan atau kelompok jawara yang terdiri dari tujuh orang?</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
Dalam sebuah diskusi tentang "Si Pitung dari Kampung Rawa Belong" yang digelar di Pasar Seni Ancol, akhir pekan lalu, narasi Pitung sebagai hero tampak lebih kuat ketimbang sebagai penjahat. Adalah Khotib, kerabat dekat Pitung asal Rawa Belong, yang memaparkan kisah Pitung versi keluarga. Ini versi baru yang belum pernah diungkap ke publik, meski tokoh Pitung sering kali diangkat ke layar lebar, lenong, buku, komik, dan sebagainya.</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
Menurut Khotib, Pitung bukanlah penjahat seperti yang dicitrakan pemerintah Belanda, tapi tokoh politik di zamannya seperti dua abangnya, tokoh politik, yang telah ditahan oleh Belanda. Murid guru ngaji H Naipin ini mampu menggugah kesadaran rakyat yang terindas untuk bangkit melawan kolonialisasi. Aktivitas 'politik' inilah yang membuat Pitung lebih berbahaya ketimbang keahliannya main pukul dan bisa menghilang (konon).</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
"Pitung adalah pelindung rakyat kecil. Dia hanya menyakiti orang yang menindas rakyat kecil. Ketika mencuri, dia melakukan itu untuk rakyat tertindas," ungkap Khotib.</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
Di satu surat kabar Belanda, Hindia Olanda terbitan Juli 1893, Pitung digambarkan sebagai sosok yang ditakuti, tapi dicintai oleh rakyat. Sceara fisik disebutkan sebagai pria tinggi dengan kulit hitam dan wajah bulat. Pitung juga dikabarkan meninggal dalam usia muda, 23 tahun.</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
<strong style="background: none 0px 0px repeat scroll transparent; border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: arial; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">Pitung bukan gerakan atau kumpulan jawara</strong></div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
Pada kesempatan itu, Khotib juga meluruskan informasi keliru soal Pitung yang selama ini beredar di masyarakat, yakni Pitung merupakan sebuah gerakan, bukan orang per orang atau kelompok yang terdiri dari tujuh orang. Versi tersebut diyakini sangat keliru oleh keluarga Pitung yang masih hidup dan tinggal di Rawa Belong. Apalagi pihak yang menuliskan versi lain Pitung itu tidak pernah mewawancarai pihak keluar atau kerabat dekat Pitung.</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
"Klaim itu menyakiti kami, sehingga kami memutuskan untuk bicara dan berencana membuat buku Pitung versi keluarga untuk meng-counter-nya," ucap Khotib yakin.</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
Bachtiar, pimpinan Sanggar Si Pitung Rawa Belong, termasuk anak Betawi asli yang terinspirasi dengan perjuangan Pitung. Sehingga dia merawat 'legacy' Pitung dengan mendirikan sanggar Betawi Si Pitung Rawa Belong pada 1995. Salah satu kegiatan sanggar ini adalah melatuh anak-anak dan remaja belajar silat cingkrik khas Rawa Belong, yang menjadi salah satu 'mainan' andalan Pitung.</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
"Spirit Pitung tidak pernah mati. Saya berharap para anggota sanggarnya selalu membawa spirit Piting dan perilakunya yang religius dalam kehidupan sehari-hari saat ini," ujarnya penuh harapan.</div>
<div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
M Sulhi, Sekretaris Jenderal Gerakan Kebangkitan Betawi (Gerbang Betawi), mengaku mendapat informasi baru tentang kepahlawanan Pitung dari diskusi tersebut. Mantan komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) DKI Jakarta ini berpendapat, setelah bertahun-tahun bergulat dengan banyak versi Si Pitung, menarik pernyataan Khotib, kerabat Pitung di Rawa Belong. Terutama informasi Pitung ditembak mati pemerintah kolonial Belanda di usia 23 tahun.</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
"Saya bayangkan Pitung, seperti di film-film dan beragam sumber, ditembak di usia matang, sekitar 30 atau 40 tahun. Jika benar Pitung wafat di usia semuda itu, wajar namanya harum mewangi. Seperti perginya penyair Khairil Anwar: sekali berarti, setelah itu mati. Sosok populer yang mati muda, lazimnya memang melegenda," katanya.</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
Di usia semuda itu, Pitung dianggap sebagai orang paling berbahaya di Batavia pada masanya. Belanda sampai menugaskan polisi khusus Schout Hinne untuk memata-matai dan menangkap sang jagoan. Nama Pitung pun muncul di koran-koran Hindia Belanda sebagai sosok paling dicari, ujar M Sulhi atau biasa disapa Icoel.</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
Berdasarkan berita-berita di koran saat itu pula, kata dia, digambarkan Pitung adalah sosok yang jelas asal-usul dan kampungnya, yakni Rawa Belong. Dia bukan nama organisasi atau kumpulan jagoan.</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
Jagoan semuda itu diburu sedemikian serius, tidak mungkin hanya lantaran aksi kriminal (perampokan) seperti didengungkan pemerintah kolonial. Pitung mestinya punya kelebihan lain, yang merisaukan dan berpotensi mengganggu kebijakan kolonial. Saya menduga, tentu mesti ada penelitian lanjutan soal ini, kelebihan Pitung adalah popularitasnya sebagai orang muda yang sangat potensial.</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
"Pitung adalah jagoan flamboyan, punya banyak cinta untuk rakyat, dekat dengan akar rumput, dan punya visi sebagai pejuang yang melewati batas Batavia. Jadi, dia berbahaya bukan lantaran perampokan terhadap orang-orang kaya ala Robin Hood, tapi karena punya konsep perjuangan dan narasi politik yang didukung popularitas luar biasa. Kekejaman Si Pitung hanyalah kampanye hitam Belanda untuk menutupi ketakutannya terhadap potensi calon pemimpin pergerakan di masa depan. Itu makanya Pitung diburu sedemikian rupa, melebihi penjahat, jagoan, dan pemberontak lokal lain di zamannya," pungkas Bang Icoel yang mengikuti dengan telaten diskusi sore itu hingga tuntas.</div>
<div style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 30px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">
<strong style="background: none 0px 0px repeat scroll transparent; border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: arial; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">[sya]</strong></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-86069687234832828082018-05-09T11:00:00.002+07:002018-05-09T11:04:32.962+07:00Kisah Asal Usul Panggilan "Haji Lulung" untuk Abraham Lunggana Penulis :<a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/09/06373831/kisah-asal-usul-panggilan-haji-lulung-untuk-abraham-lunggana"> Kompas -Jessi Carina Editor : Egidius Patnistik</a><br />
<span style="background-color: white; color: #2a2a2a; font-family: "roboto" , sans-serif; font-size: 14px;">JAKARTA, KOMPAS.com - Panggilan " Haji Lulung" lebih akrab di telinga dibandingkan nama asli </span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEio-d2cI1qGayQCZnH7fTBA7LM8EDibi2Bx5Zy0TdOmfhuS_RTuSWUMcIPUIIEUdjbtaL-innomS6UTaO9emsz7-hOz3r1IZstoqnE4JqxQgiWDm5Q64zGFgL_v2IXeMtgnbdJ8hjDkr9po/s1600/1724214IMG-20160820-WA0043780x390.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="390" data-original-width="780" height="99" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEio-d2cI1qGayQCZnH7fTBA7LM8EDibi2Bx5Zy0TdOmfhuS_RTuSWUMcIPUIIEUdjbtaL-innomS6UTaO9emsz7-hOz3r1IZstoqnE4JqxQgiWDm5Q64zGFgL_v2IXeMtgnbdJ8hjDkr9po/s200/1724214IMG-20160820-WA0043780x390.jpg" width="200" /></a></div>
pemiliknya yaitu Abraham Lunggana. Namun, belum ada yang tahu bahwa nama panggilan itu ternyata memiliki arti tersendiri. Lulung yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta itu pun menceritakan asal usul nama panggilan itu. "Ha-ha-ha... itu dulu waktu saya masih kecil, kan banyak teman-teman main bola. Biasa ya, namanya di kampung, bolanya pasti sering masuk got. Nah kalau masuk got, harus saya yang ambilin, kalau enggak saya nangis," ujar Lulung di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (9/5/2018). Kisah itu berdasarkan cerita ayahnya. Lulung mengatakan, sejak kecil dia terbiasa membantu teman-teman bermain, meski harus terkena air got saat mengambil bola. Kata Lulung, dari sana nama panggilannya berasal. "Akhirnya dipanggil Lulung karena ya itu, banyak nulung (menolong)-lah. Dulu pas kecil begitu ha-ha-ha...," ujar Lulung. Setelah dewasa, nama Lulung itu ditambah embel "haji". Nama aslinya, yaitu Abraham Lunggana juga ada kisahnya tersendiri. Lulung sendiri mengakui bahwa namanya sempat membuat orang bingung. "Banyak yang bilang, mana ada orang Betawi namanya Abraham?" kata dia. Nama "Abraham" itu merukuk ke seorang yang menjadi penyelamat ayah Lulung. Ceritanya, ayahnya yang merupakan seorang tentara dikirim ke Papua saat Lulung masih dua bulan dalam kandungan ibunya. Ayahnya berada di Papua selama 7 bulan. Saat itu, ibu Lulung berpikir suaminya telah tewas di medan perang. Soalnya, keluarga dikabari bahwa ayah Lulung terkena tembak. Tak disangka, ayah Lulung kembali ke rumah setelah 7 bulan di sana. Ternyata, ayah Lulung ditolong seorang bernama Abraham itu. Keluarga Abraham merawat ayah Lulung sampai pulih. "Makanya hari ini saya katakan pentingnya memelihara kerukunan umat beragama itu adalah cermin kebangsaan yang menghargai perbedaan dan kebinekaan. Karena Bapak saya ditolong sama seorang kristen, non-muslim, dibawa ke rumahnya tiga bulan," kata dia. Lulung juga mengatakan, ayahnya juga mengidolakan Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat. Itu sebabnya Lulung memiliki nama Abraham sebagai nama depannya. "Jadi pulanglah Bapak saya, saya dinamakan Abraham Lunggana. Harusnya Abraham Lincoln kali ya tapi karena di Indonesia akhirnya Abraham Lunggana," ujar dia.<br />
<br style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #2a2a2a; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 14px;" />
<a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/09/06373831/kisah-asal-usul-panggilan-haji-lulung-untuk-abraham-lunggana">Sumber : Kompas</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-23788764949426240092018-03-25T00:35:00.001+07:002018-03-25T00:35:23.518+07:00Telah berpulang ke hadirat Allah SWT Letjen TNI (Purn) Purbo S. Suwondo<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px;">
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJIUN ...!</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Telah berpulang ke hadirat Allah SWT Sabtu (24/3) Bapak Letjen TNI (Purn) Purbo S. Suwondo (91 Tahun) di Rumah Sakit Harapan Kita pukul 09.00 pagi tadi. Jenazah disemayamkan di rumah duka Jl. Kencana Permai IIII/12 Pondok Indah Jakarta. Rencana pemakaman di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Minggu (25/3) pukul 09.30. Bertindak selaku Inspektur Upacara rencananya Kasum Mabes TNI atau dari Kostrad tergantung perkembangan situ<span class="text_exposed_show" style="display: inline; font-family: inherit;">asi. Jenazah akan diberangkatkan dari rumah duka pukul 09.00.</span></div>
<div class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px;">
Almarhum Letjen TNI (Purn) Purbo S. Suwo<br />Almarhum adalah seorang Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia (NPV 21.137.761/A), Lahir yang di Purwokerto 27 September 1927 itu, diantaranya pernah menjabat Danpusenarmed, Danjen AKABRI, Dubes RI untuk PBB.dan Komisaris Utama Bank BNI 1946.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguMA1fkYCFDEwoDn1I8yqEvpuzOlN_921GgAb61GmApBmB-imrnRkdsHvMpQt1iDk1PwhJo5cMUw3t8DgXhJCD8QgV9IWU_wD-oBOCdH3aZ1D0wMzrTWq7zaxNglFAGlZkcGNh6Cw9h11k/s1600/29597268_156497755029784_3837542759235966539_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="336" data-original-width="509" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguMA1fkYCFDEwoDn1I8yqEvpuzOlN_921GgAb61GmApBmB-imrnRkdsHvMpQt1iDk1PwhJo5cMUw3t8DgXhJCD8QgV9IWU_wD-oBOCdH3aZ1D0wMzrTWq7zaxNglFAGlZkcGNh6Cw9h11k/s320/29597268_156497755029784_3837542759235966539_n.jpg" width="320" /></a></div>
Almarhum Letjen TNI (Purn) Purbo S. Suwon adalah Ketua Umum LVRI periode 2002 - 2007 hasil Kongres VIII. Setelah masa bakti berakhir kepemimpinan DPP LVRI kemudian dilanjutkan oleh Letjen TNI (Purn) Rais Abin hasil pemilihan Kongres IX hingga sekarang.<br />
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Untuk mengenal sosok almarhum Letjen TNI (Purn) Purbo S. Suwondo , ditampilkan empat episode wawancara bersama Peter F. Gontha.dalam wawancara itu juga terdapat almarhum Mayjen TNI (Purn) Sukotjo Tjokroatmodjo - sebanyak 4 produksi wawancara.<br />Silakan klik videonya di bawah ini:.<br />Video Part 1: <a data-ft="{"tn":"-U"}" data-lynx-mode="asynclazy" href="https://l.facebook.com/l.php?u=https%3A%2F%2Fbit.ly%2F2G3TndK&h=ATOCOJaH0XmCkAANrQTWjBhHcEpi5Q3PmpTU_NksCYOpAf2AbRlLyUXLxW332jaR5PxiDa9LJY1hGi8FdC_9P64nZXKyVTpca6E1-Da-Goqy37b3_l0gwljfNBIUP1Xp_iCR1uM" rel="noopener nofollow" style="color: #365899; cursor: pointer; font-family: inherit; text-decoration-line: none;" target="_blank">https://bit.ly/2G3TndK</a><br />Video Part 2: <a data-ft="{"tn":"-U"}" data-lynx-mode="asynclazy" data-lynx-uri="https://l.facebook.com/l.php?u=https%3A%2F%2Fbit.ly%2F2I0NOt8&h=ATMuJVN5T3Jk4AXz0jf8mqD5aRNGYFL_2EgIw4aWqBi_zs0UIpFE45tvrhXIDMU3UOVyKHgpxTZN7pwnebY6EVj_Fb_1ltgL8-Arlm6mS2V_fTmJTk-csmJs_hYV1RTbDX1vpx8" href="https://bit.ly/2I0NOt8" rel="noopener nofollow" style="color: #365899; cursor: pointer; font-family: inherit; text-decoration-line: none;" target="_blank">https://bit.ly/2I0NOt8</a><br />Video Part 3: <a data-ft="{"tn":"-U"}" data-lynx-mode="asynclazy" data-lynx-uri="https://l.facebook.com/l.php?u=https%3A%2F%2Fbit.ly%2F2pBqdYw&h=ATM0cW3yikXzzBqSY7fSB7-jpUbFfXQ9k6hix43KnrYCTVGlzBYfi8qcCHmyjDxCkXcbqgEjjVnbORLvs4SO1X-Wnb_14-6dUvoy_SrgAmR_SiA5V34ViSnqmmVmyIR9uw8u8Kc" href="https://bit.ly/2pBqdYw" rel="noopener nofollow" style="color: #365899; cursor: pointer; font-family: inherit; text-decoration-line: none;" target="_blank">https://bit.ly/2pBqdYw</a><br />Video Part 4: <a data-ft="{"tn":"-U"}" data-lynx-mode="asynclazy" data-lynx-uri="https://l.facebook.com/l.php?u=https%3A%2F%2Fbit.ly%2F2G5jD3w&h=ATMdfOnGszbLjRYEzPxjIzpUxmwHuhcv-KAOHJijkibPOPK7aL6NHli0ayShMeakvXLx-kaD0oAsjwnF6-jmT1QG_QSlREp9f1az5G5D-d1fCw-hQGZeqK11M43s2PtoOdldcVc" href="https://bit.ly/2G5jD3w" rel="noopener nofollow" style="color: #365899; cursor: pointer; font-family: inherit; text-decoration-line: none;" target="_blank">https://bit.ly/2G5jD3w</a></div>
<div style="font-family: inherit; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
BIODATA LENGKAP ALM. LETJEN TNI (PURN) PURBO S. SUWONDO:<br />Silakan klik di sini, <a data-ft="{"tn":"-U"}" data-lynx-mode="asynclazy" href="https://l.facebook.com/l.php?u=https%3A%2F%2Fbit.ly%2F2HZke7o&h=ATOooRLl841CBf_y03Ssd44qiwkmbj5rCVpmWy8ojSoDgfdx2MhA7zyfyAD6vXlkFMMemn4Dnj0YQafIux5-NlJErYYq-9k8fCzSQl1foZ_0T6sJV9p3bOyA4rbvyNEQB10uxZA" rel="noopener nofollow" style="color: #365899; cursor: pointer; font-family: inherit; text-decoration-line: none;" target="_blank">https://bit.ly/2HZke7o</a></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-11743980603257395882016-11-10T23:10:00.000+07:002016-11-10T23:15:52.425+07:00Mendengar rintihan veteran<span style="background-color: #e69138;"><span style="color: #a1a1a1; font-family: "georgia"; font-size: 14px; font-style: italic;">Reporter : </span><a href="https://www.merdeka.com/reporter/faiq-hidayat/" rel="nofollow" style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat; background-size: initial; border: 0px none; color: #ff6600; font-family: georgia; font-size: 14px; font-style: italic; font-weight: bold; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;" target="_blank">Faiq Hidayat</a><span style="color: #a1a1a1; font-family: "georgia"; font-size: 14px; font-style: italic;">, </span><a href="https://www.merdeka.com/reporter/irwanto/" rel="nofollow" style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat; background-size: initial; border: 0px none; color: #ff6600; font-family: georgia; font-size: 14px; font-style: italic; font-weight: bold; margin: 0px; outline: none medium; padding: 0px; text-decoration: none;" target="_blank">Irwanto</a></span><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGXxVrkuxf-E2NFraSfU0SMxTNOxTTqq7JkQEzBq46eNg6GpDZkxM7-F59K0FsG5q7-iFKbvpCzQ0qzAVdNPO15ba2RmT0wVjtk2KS8Opx6w7qvaDceTOKhhA1g1x2Xg3r4BrvGl5jZx_x/s1600/mendengar-rintihan-veteran.jpg" imageanchor="1" style="background-color: #e69138; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGXxVrkuxf-E2NFraSfU0SMxTNOxTTqq7JkQEzBq46eNg6GpDZkxM7-F59K0FsG5q7-iFKbvpCzQ0qzAVdNPO15ba2RmT0wVjtk2KS8Opx6w7qvaDceTOKhhA1g1x2Xg3r4BrvGl5jZx_x/s320/mendengar-rintihan-veteran.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: #e69138;">Veteran demo di depan Istana Negara. ©2016 merdeka.com/arie basuki</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat; background-size: initial; border: 0px none; font-family: arial; font-size: 15px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px 0px 10px; width: 650px;">
<span style="background-color: #e69138;"><b style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat; background-size: initial; border: 0px none; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px;"><a href="http://merdeka.com/">Merdeka.com</a> - </b>Di beberapa negara, kehidupan para veteran lebih leluasa. Mereka diberi tunjangan kesehatan memadai, pinjaman uang, asuransi kesehatan, rehabilitasi, pendidikan serta keterampilan, dan bantuan pemakaman hingga pemeliharaan pusara. Di Indonesia belum tentu. Yang ada selalu air mata tentang mereka.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">Sugeng Hadisuyatna, warga Plumbungan, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta adalah salah satu veteran. Sugeng pernah menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA) dan anggota Batalyon 10 Yogyakarta saat perang kemerdekaan. Kini, Sugeng bekerja sebagai petani demi mendapatkan sesuap nasi.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">"Sekarang jadi petani. Ke ladang. Kalau enggak ke ladang, mau makan apa?" kata Sugeng.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">Dulu, Sugeng mendaftarkan diri sebagai pembela tanah air (PETA). Di PETA, Sugeng berpangkat Gyuhei, di PETA DAI.IV.Daidan, Gunungkidul.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">Bahkan Sugeng mempertaruhkan harta dan nyawa demi mempertahankan kemerdekaan. Pada 1948 saat Belanda mencoba menduduki Yogyakarta, rumah milik Sugeng ikut dibakar pasukan Belanda.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">"Rumah saya limasan 5 habis dibakar Belanda tahun 1948, karena ada tentara mereka yang mati ditembak pejuang. Habis semua barang-barang," kenang Sugeng.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">Senada dengan Sugeng, Rusmina yang juga vetera tak bisa menikmati hasil perjuangan dan pengorbanannya. Dia harus menjalani kehidupan pahit usai kemerdekaan Indonesia.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">Kepada merdeka.com, Rusmina mengaku tidak menyesal menjadi pejuang. Bahkan, dia bangga memiliki pengalaman yang bisa dibagi dengan generasi penerus, meski nasibnya tak sesuai harapan.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">"Alhamdulillah senang. Ngapain nyesel, malah bangga jadi pejuang," ujar nenek Rusmina di Panti Jompo Tresna Werdha Teratai, Palembang.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">Rusmina mengatakan, dia mendapatkan suami orang Palembang dan tinggal di kota itu. Namun, pada 1962, suaminya wafat disusul anak semata wayangnya tiga tahun kemudian. Sejak itu, dia hidup sebatang kara.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">Apalagi seluruh harta benda dan surat-surat tentang statusnya sebagai pejuang kemerdekaan hilang dicuri.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">Untuk menyambung hidup, Rusmina berusaha mencari pekerjaan. Beruntung, ada seorang tentara berpangkat perwira menawarkan pekerjaan di salah satu bioskop di kawasan Jalan Letkol Iskandar Palembang. Di sana, dia bertugas sebagai tukang karcis.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">Hanya saja tak lama Rusmina di-PHK. Kemudian, dia bekerja lagi di bioskop lain di Jalan Jenderal Sudirman Palembang. Lagi-lagi, wanita kelahiran 22 Agustus 1916 itu harus menelan pil pahit karena masuk dalam daftar karyawan diberhentikan.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">"Enak juga kerja di bioskop, bisa nonton film sepuasnya gratis pula. Lumayan dapat kerjaan," ujar Rusmina.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">Pusing mencari pekerjaan, Rusmina memilih berdagang. Dia berjualan kemplang, makanan khas Palembang, di Pasar Cinde. Jarak tempat dagangannya itu dekat dengan tempat tinggalnya di sebuah gubuk reot di belakang pasar.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">"Walaupun jelek, saya mengontrak. Uangnya dari hasil jualan kemplang," tuturnya.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">Pada tahun 2009, Rusmina bertemu dengan seseorang dan mengajaknya tinggal di panti jompo milik Dinas Sosial Palembang. Sejak itu, dia tinggal bersama 63 penghuni panti. Dia ditempatkan di kamar berukuran 3x5 meter dengan satu tempat tidur.</span><br />
<span style="background-color: #e69138;"><br /></span>
<span style="background-color: #e69138;">"Orang di panti dulu manggil saya Mak Kemplang karena saya pernah jualan kemplang. Sekarang tidak lagi," pungkasnya.</span></div>
<div id="mdk-body-newsinit" style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat; background-size: initial; border: 0px none; font-family: arial; font-size: 15px; font-weight: bold; margin: 0px; outline: none 0px; padding: 0px; width: 650px;">
<span style="background-color: #e69138;">[ary</span><span style="background-color: white;">]</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-70954955285439778962016-08-17T16:59:00.002+07:002016-08-17T17:03:30.739+07:00KETUA UMUM PEMUDA PANCA MARGA 2016 - 2020 HASIL MUNAS IX PPM TAHUN 2016<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhw7VI8NM0HzNw-v0IxoLsMLv1TTZvUYTGmCkEBahXwlqmGfbyw8hJ86-hg2jZKFUu0iHjM1TJY2R62M87ZHjBuUVt5VYS-exrFxh9wT_oNxfENijk6yxLXCX_p_Dkg21_ejmSLlHUzciT6/s1600/13962695_1165451973519188_675769393998967541_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhw7VI8NM0HzNw-v0IxoLsMLv1TTZvUYTGmCkEBahXwlqmGfbyw8hJ86-hg2jZKFUu0iHjM1TJY2R62M87ZHjBuUVt5VYS-exrFxh9wT_oNxfENijk6yxLXCX_p_Dkg21_ejmSLlHUzciT6/s320/13962695_1165451973519188_675769393998967541_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-38340354352689205842016-08-17T11:35:00.003+07:002016-08-17T11:38:35.736+07:00Aturan Menyanyi Indonesia Raya - Hati-Hati! Jangan Anggap Remeh Lagu Kebangsaan Kita<div style="background-color: white; color: #323233; font-family: "Open Sans", arial, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 27.2px; padding: 0px 0px 25px;">
<strong style="margin: 0px; padding: 0px;">Laporan Wartawan TribunStyle.com, Tiara Shelavie</strong></div>
<div style="padding: 0px 0px 25px;">
<a href="http://style.tribunnews.com/2016/08/17/aturan-menyanyi-indonesia-raya-hati-hati-jangan-anggap-remeh-lagu-kebangsaan-kita">TRIBUNSTYLE.COM - </a><br />
Indonesia Raya merupakan lagu kebangsaan Republik Indonesia.<br />
<br />
Lagu ini pertama kali diperkenalkan oleh komponisnya, yaitu Wage Rudolf Supratman pada 28 Oktober 1928.<br />
<br />
Lagu Indonesia Raya sebenarnya terdiri dari tiga stanza, dan stanza pertama lah yang dipilih sebagai lagu kebangsaan ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.<br />
<br />
Karena lagu ini merupakan lagu kebangsaan, kita tidak boleh menyanyikannya sembarangan.<br />
<br />
Ada aturan khusus yang ditetapkan undang-undang.</div>
<div style="padding: 0px 0px 25px;">
Lagu kebangsaan <a href="http://style.tribunnews.com/tag/indonesia/">Indonesia</a> diatur dalam UU No 24 Tahun 2009, pasal 58-64<span style="color: #323233; font-family: open sans, arial, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 17px; line-height: 27.2px;">.</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqKWP9IFIcYPPe39tMtCX99iCYp81Pib8esmOWh1v9-IXcldy7LDw3PcF06ctMorrOslWJWjAWM0qAnJTQKuKJFMXMNhDmkJA6mzs96KKKY2vGBvT9BHrgUrsequSrmBUS7g6s_XxiT5g8/s1600/indonesia-raya_20160817_102813.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqKWP9IFIcYPPe39tMtCX99iCYp81Pib8esmOWh1v9-IXcldy7LDw3PcF06ctMorrOslWJWjAWM0qAnJTQKuKJFMXMNhDmkJA6mzs96KKKY2vGBvT9BHrgUrsequSrmBUS7g6s_XxiT5g8/s320/indonesia-raya_20160817_102813.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="padding: 0px 0px 25px;">
<br /><br />Aturan umum lagu kebangsaan diatur dalam pasal 58, yaitu:<br /><br /><br />(1) Lagu Kebangsaan adalah <a href="http://style.tribunnews.com/tag/indonesia/">Indonesia</a> Raya yang digubah oleh<a href="http://style.tribunnews.com/tag/wage-rudolf-supratman/">Wage Rudolf Supratman</a>.<br /><br />(2) Lagu Kebangsaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.<br /><br /><br />Penggunaan lagu kebangsaan diatur dalam pasal 59, yaitu:<br /><br /><br />(1) Lagu Kebangsaan wajib diperdengarkan dan/atau dinyanyikan:<br /><br />a. untuk menghormati Presiden dan/atau Wakil Presiden;<br /><br />b. untuk menghormati Bendera Negara pada waktu pengibaran atau penurunan Bendera Negara yang diadakan dalam upacara;<br /><br />c. dalam acara resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah;<br /><br />d. dalam acara pembukaan sidang paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah;<br /><br />e. untuk menghormati kepala negara atau kepala pemerintahan negara sahabat dalam kunjungan resmi;<br /><br />f. dalam acara atau kegiatan olahraga internasional; dan<br /><br />g. dalam acara ataupun kompetisi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni internasional yang diselenggarakan di <a href="http://style.tribunnews.com/tag/indonesia/">Indonesia</a>.<br /><br />(2) Lagu Kebangsaan dapat diperdengarkan dan/atau dinyanyikan:<br /><br />a. sebagai pernyataan rasa kebangsaan;<br /><br />b. dalam rangkaian program pendidikan dan pengajaran;<br /><br />c. dalam acara resmi lainnya yang diselenggarakan oleh organisasi, partai politik, dan kelompok masyarakat lain; dan/atau<br /><br />d. dalam acara ataupun kompetisi ilmu pengetahuan, teknologi dan seni internasional<span style="background-color: white; color: #323233; font-family: "open sans", arial, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 27.2px;">.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2WzU_bDtZsneDEUiaJN1ndhXTlPhlmZQnNIUyMYjgsZqRzFXA4MRW0lrjoHKyrtgIDScv4Cw5hHxTeShJgq8eBzVUVbVdvlF3XDfnGMX3751LjZEqFm5qw1EPHaC_TNa40bXyJ9gf6yuX/s1600/6h-ac52c663b42d41465e436399ab276bad.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2WzU_bDtZsneDEUiaJN1ndhXTlPhlmZQnNIUyMYjgsZqRzFXA4MRW0lrjoHKyrtgIDScv4Cw5hHxTeShJgq8eBzVUVbVdvlF3XDfnGMX3751LjZEqFm5qw1EPHaC_TNa40bXyJ9gf6yuX/s320/6h-ac52c663b42d41465e436399ab276bad.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="padding: 0px 0px 25px;">
<strong style="background-color: white; color: #323233; font-family: "open sans", arial, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 27.2px; margin: 0px; padding: 0px;">T</strong><br /><br />ata cara penggunaan lagu kebangsaan dituang dalam pasal 60 yang berbunyi:<br /><br /><br />(1) Lagu Kebangsaan dapat dinyanyikan dengan diiringi alat musik, tanpa diiringi alat musik, ataupun diperdengarkan secara instrumental.<br /><br />(2) Lagu Kebangsaan yang diiringi alat musik, dinyanyikan lengkap satu strofe, dengan satu kali ulangan pada refrein.<br /><br />(3) Lagu Kebangsaan yang tidak diiringi alat musik, dinyanyikan lengkap satu stanza pertama, dengan satu kali ulangan pada bait ketiga stanza pertama.<br /><br /><br />Pasal 61 menjelaskan tentang stanza <a href="http://style.tribunnews.com/tag/indonesia/">Indonesia</a> Raya, yaitu:<br /><br /><br />Apabila lagu kebangsaan dinyanyikan lengkap tiga stanza, bait ketiga pada stanza kedua dan stanza ketiga dinyanyikan ulang satu kali.<br /><br /><br />Pasal 62 menjelaskan sikap orang saat lagu dinyanyikan, yaitu:<br /><br /><br />Setiap orang yang hadir pada saat Lagu Kebangsaan diperdengarkan dan/atau dinyanyikan, wajib berdiri tegak dengan sikap hormat.<br /><br /><br />Pasal 63 menjelaskan aturan lagu kebangsaan kita dengan lagu kebangsaan negara lain.<br /><br /><br />(1) Dalam hal Presiden atau Wakil Presiden Republik <a href="http://style.tribunnews.com/tag/indonesia/">Indonesia</a>menerima kunjungan kepala negara atau kepala pemerintahan negara lain, lagu kebangsaan negara lain diperdengarkan lebih dahulu, selanjutnya Lagu Kebangsaan <a href="http://style.tribunnews.com/tag/indonesia/">Indonesia</a> Raya.<br /><br />(2) Dalam hal Presiden Republik <a href="http://style.tribunnews.com/tag/indonesia/">Indonesia</a> menerima duta besar negara lain dalam upacara penyerahan surat kepercayaan, lagu kebangsaan negara lain diperdengarkan pada saat duta besar negara lain tiba, dan Lagu Kebangsaan <a href="http://style.tribunnews.com/tag/indonesia/">Indonesia</a> Raya diperdengarkan pada saat duta besar negara lain akan meninggalkan istana.<br /><br /><br />Larangan-larangan tertentu juga diatur dalam undang-undang pasal 64 berikut:<br /><br /><br />Setiap orang dilarang:<br /><br />a. mengubah Lagu Kebangsaan dengan nada, irama, katakata, dan gubahan lain dengan maksud untuk menghina atau merendahkan kehormatan Lagu Kebangsaan;<br /><br />b. memperdengarkan, menyanyikan, ataupun menyebarluaskan hasil ubahan Lagu Kebangsaan dengan maksud untuk tujuan komersial; atau<br /><br />c. menggunakan Lagu Kebangsaan untuk iklan dengan maksud untuk tujuan komersial.<br /><br /><br />Nah, sudah jelas kan aturannya.<br /><br /><br />Jadi kalau misalnya kamu berniat meng-cover lagu <a href="http://style.tribunnews.com/tag/indonesia/">Indonesia</a>Raya untuk keperluan pribadi atau kelompok, dipikir ulang, ya.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Taati ketentuannya dan jangan anggap remeh lagu kebangsaan kita ini.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-32988612106667696642016-07-13T22:49:00.003+07:002016-07-13T22:49:50.105+07:00Air Mata Hilangnya Tujuh Kata Piagam Jakarta<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9r4O6T13YGzDqbQVDw0Cghs0icvAUHxkAGHxQxAH3lgqLfLLY3oew_jCVPVQwxZrN8R7VND4PNNEMauLEqPlyd4Lf1VOmZ_WXBps_7B28KR5XWNcyC_WpJtOzW2k0RtCPinbNxRJlghJb/s1600/kasman-singodimedjo-_140813185016-567.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9r4O6T13YGzDqbQVDw0Cghs0icvAUHxkAGHxQxAH3lgqLfLLY3oew_jCVPVQwxZrN8R7VND4PNNEMauLEqPlyd4Lf1VOmZ_WXBps_7B28KR5XWNcyC_WpJtOzW2k0RtCPinbNxRJlghJb/s200/kasman-singodimedjo-_140813185016-567.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 10px; text-align: start;">Kasman Singodimedjo.</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;">Oleh:</span><strong style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;"><em> M Akbar Wijaya<br />Wartawan Republika</em></strong><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><span style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;">Tahun-tahun berlalu. Namun sedih dalam benak Kasman Singodimedjo tak juga beranjak. Airmatanya menetes saban mengingat perannya menyetujui penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta pada pagi 18 Agustus 1945. “Saya lah yang ikut bertanggung jawab dalam masalah ini (menghapus tujuh kata Piagam Jakarta-red), dan semoga Allah mengampuni dosa saya,” kata Kasman seperti ditulis cendikiawan Muhammadiyah Lukman Harun dalam Hidup Itu Berjuang: Kasman Singodimedjo 75 Tahun. </span><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><span style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;">Menurut Lukman dalam sejumlah pertemuan Kasman kerap mengungkapkan kesedihan serupa. Kesedihan Kasman bukan tanpa alasan.</span><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><span style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;">Pagi itu, Sabtu 18 Agustus 1945, usia republik belum genap sehari. Rencananya, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) akan bersidang dengan agenda mengesahkan UUD 1945, mengangkat presiden dan wakil presiden, serta mengangkat kepala daerah. Namun sidang yang dijadwalkan dimulai pukul 09.00 WIB terpaksa molor beberapa jam. Sebab, ada persoalan sensitif dan krusial yang mesti segera diselesaikan lebih dahulu oleh sejumlah anggota PPKI. </span><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><span style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;">Persoalan itu ialah tuntutan menghapus tujuh kata dalam Pembukaan UUD 1945 yang saat itu dikenal dengan istilah Piagam Jakarta. Tujuh kata dimaksud terdapat dalam kalimat: “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.</span><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><span style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;">Wakil Ketua PPKI, Mohammad Hatta mengungkapkan tuntutan tersebut datang kepadanya dari para pemuka agama Kristen dan Katolik di Indonesia Timur pada sore 17 Agustus 1945 melalui seorang opsir Kaigun (Angkatan Laut Jepang). Pemuka agama Kristen dan Katolik menilai kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” bersifat diskriminatif terhadap kelompok non-Muslim. </span><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><span style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;">Bung Hatta yang termasuk perumus Piagam Jakarta di Panitia Sembilan menolak anggapan itu. Dia menjelaskan kalimat yang mewajibkan penerapan syariat Islam tidak bertujuan mendiskriminasikan kelompok minoritas. Sebab kalimat itu hanya berlaku bagi para pemeluk Islam. Apalagi, kalimat itu juga telah disetujui AA Maramis yang merepresentasikan kelompok non-Muslim di Panitia Sembilan.</span><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><span style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;">“Aku mengatakan bahwa itu bukan diskriminasi, sebab penetapan itu hanya mengenai rakyat yang beragama Islam,” kenang Hatta dalam buku Di Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.</span><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><span style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;">Namun penjelasan Bung Hatta tak berbuah hasil. Opsir Kaigun memastikan para pemuka agama Kristen dan Protestan akan tetap bersikukuh meminta tujuh kata dalam Piagam Jakarta dihapus. Jika kalimat itu tetap dipertahankan, mereka mengancam Indonesia Timur tidak akan bergabung ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang baru saja diproklamasikan.</span><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><span style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;">Bung Hatta akhirnya mengalah dan berjanji akan membahas persoalan ini dalam sidang PPKI besok (18 Agustus 1945). Bung Hatta sadar jika republik yang baru diproklamasikan pecah, maka Belanda akan mudah kembali menjajah. “Kalau Indonesia pecah, pasti daerah di luar Jawa dan Sumatra akan dikuasai kembali oleh Belanda dengan menjalankan politik devide et impera, politik memecah dan menguasai,” kenang Hatta.</span><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><br style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;" /><span style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 16px; line-height: 26px;">Esok paginya sebelum rapat PPKI dimulai, Bung Hatta mendiskusikan tuntutan para pemuka agama Kristen dan Katolik dari Indonesia Timur bersama sejumlah tokoh Islam. Mereka yang terlibat ialah Ki Bagus Hadikusumo, K.H Wachid Hasjim, Teuku M. Hasan, dan juga Kasman Singodimedjo.</span><br />
<h4 style="font-family: Currents-Regular-Sans; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 0px;">
Debat Sengit Menghapus Tujuh Kata Piagam Jakarta</h4>
<div style="color: #333333; font-family: Currents-Regular-Sans; line-height: 26px;">
Kasman menggambarkan sengit dan tegangnya suasana saat lobi di pagi itu. Menurutnya, semula tokoh-tokoh Islam sukar menerima tuntuntan para pemuka agama Katolik dan Kristen dari Indonesia Timur. Namun akhirnya mereka mengalah karena saat itu republik membutuhkan persatuan untuk mendapat dukungan dan simpati dunia.<br /><br />Salah satu tokoh Islam yang saat itu paling bersikeras menolak penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta ialah Ketua Umum Muhammadiyah sekaligus anggota Panitia Sembilan Ki Bagus Hadikusumo.<br /><br />Kasman mengatakan, pagi itu Sukarno yang merupakan Ketua PPKI memang sengaja memintanya bergabung sebagai anggota tambahan PPKI. Selain Kasman ada lima orang lain yang juga diminta Sukarno bergabung sebagai anggota tambahan PPKI. Mereka ialah: Wiranata Kusumah, Ki Hadjar Dewantara, Sayuti Melik, Mr Iwa Kusumasumantri, dan Mr. Ahmad Subarjo.<br /><br />Namun Sukarno punya tugas khusus untuk Kasman yakni membujuk Ki Bagus Hadikusomo agar berkenang menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta. Sukarno percaya Kasman yang juga warga Muhammadiyah dapat melunakan pendirian Ki Bagus. Sebab lobi sejumlah tokoh Islam seperti K.H Wachid Hasjim, Teuku M.Hasan, hingga Bung Hatta tidak mampu melunakan pendirian Ki Bagus mempertahankan tujuh kata dalam Piagam Jakarta.<br /><br />Sukarno sendiri menurut Kasman tampak tidak ingin terlibat dalam proses lobi menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta. “Mungkin karena beliau sebagai Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan terutama sebagai peserta dari Panitia Sembilan mengenai pembuatan Piagam Jakarta merasa agak kagok untuk menghadapi Ki Bagus Hadikusumo dan kawan-kawannya,” kata Kasman.<br /><br />Mulanya Kasman keberatan memenuhi permintaan Sukarno. Sebab tujuh kata dalam Piagam Jakarta merupakan hal prinsip bagi umat Islam dalam bernegara. Namun Kasman pun sadar situasi sangat mendesak. PPKI harus segera bersidang mengesahkan UUD 1945 dan memilih presiden dan wakil presiden. Jika terus berdebat, maka republik yang baru sehari diproklamasikan itu terancam bubar.<br /><br />Dengan menggunakan Bahasa Jawa halus Kasman akhirnya berkenan membujuk Ki Bagus:<br /><br />“Kiai, kemarin proklamasi kemerdekaan Indonesia telah terjadi. Hari ini harus cepat-cepat ditetapkan Undang-Undang Dasar sebagai dasar kita bernegara dan masih harus ditetapkan siapa presiden dan lain sebagainya untuk melancarkan perputaran roda pemerintahan. Kalau Bangsa Indonesia, terutama pemimpin-pemimpinnya cekcok, lantas bagaimana?! Kiai, sekarang ini Bangsa Indonesia kejepit di antara yang tongol-tongol dan tingil-tingil. Yang tongol-tongol itu ialah balatentara Dai Nippon yang masih berada di bumi Indonesia dengan persenjataan moderen. Adapun yang tingil-tingil adalah sekutu termasuk di dalamnya Belanda, yaitu dengan persenjataan yang moderen juga. Jika kita cekcok pasti kita akan konyol,” kata Kasman kepada Ki Bagus.<br /><br />Kasman juga mengingatkan dalam Undang-Undang Dasar yang akan disahkan hari itu terdapat satu pasal yang menyatakan bahwa enam bulan lagi Majelis Permusyawaratan Rakyat akan melakukan penyempurnaan isi Undang-Undang Dasar. Sehingga tidak ada salahnya bagi umat Islam mengalah sementara menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta demi Indonesia merdeka yang berdaulat, adil, makmur, dan diridhai Allah SWT.<br /><br />Mendengar penjelasan Kasman, Ki Bagus bersedia mengendurkan pendirian dan menerima usul penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta. Dan akhirnya tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu berganti menjadi kalimat: “Ketuhanan Yang Maha Esa”.<br /><br />“Pada waktu itu kami dapat menginsyafi bahwa semangat Piagam Jakarta tidak lenyap dengan menghilangkan perkataan ‘Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’ dan mengggantinya dengan ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’,” kata Kasman.<br /><br />Kendati begitu setelah enam bulan UUD 1945 disahkan, karena situasi republik yang tidak menentu akibat agresi militer Belanda, MPR tidak pernah bersidang untuk memperbaiki isi Pembukaan UUD 1945 sebagaimana aspirasi sejumlah tokoh Islam.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-52099291120118036832016-06-16T23:54:00.002+07:002016-08-17T11:39:55.625+07:00VIDEO LANGKA - Belum Pernah Lihat Video Bung Hatta? Lihat Gaya Pidatonya di Belanda<div style="padding: 0px 0px 25px;">
SURYA.co.id - Anda pernah melihat <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/video/">video</a> Drs Mohammad Hatta atau <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/bung-hatta/">Bung Hatta</a> (12 Agustus 1902 – 4 Maret 1980)?<span style="color: #323233; font-family: open sans, arial, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 17px; line-height: 27.2px;"> </span></span><a href="https://youtu.be/ZqzKOsBuUmo" style="background-color: white; color: #323233; font-family: "open sans", arial, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 27.2px;">https://youtu.be/ZqzKOsBuUmo<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXx4fp0AxfHMLYvDcxdtFgA5fm6xaF5VnU7AHkI4mZl8661_4RM6WvktQR8xUZtdOoKMS-8ZOmeoBr_KZj-3PQC2xYglz7kEXyi6CynPQYy-jART3bnOdjvjICfYQSt__VZlEojgfaCSj5/s1600/hqdefault.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXx4fp0AxfHMLYvDcxdtFgA5fm6xaF5VnU7AHkI4mZl8661_4RM6WvktQR8xUZtdOoKMS-8ZOmeoBr_KZj-3PQC2xYglz7kEXyi6CynPQYy-jART3bnOdjvjICfYQSt__VZlEojgfaCSj5/s320/hqdefault.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">https://www.youtube.com/watch?v=ZqzKOsBuUmo&feature=youtu.be</td></tr>
</tbody></table>
</a></div>
<br /><br />Arsip gambar idoep tentang Proklamator ini sangat jarang dibanding kolega sekaligus seterunya, Ir <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/soekarno/">Soekarno</a> atau Sukarno atau <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/bung-karno/">Bung Karno</a> (6 Juni 1901 – 21 Juni 1970). <br /><br /><br />Bahkan, sejauh ini belum pernah terlihat <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/video/">video</a> <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/bung-hatta/">Bung Hatta</a> dari koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yang disebarkan melalui website-nya (ANRI.go.id) maupun digandakan oleh pihak lain. <br /><br /><br />Beruntung, lembaga di <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/belanda/">Belanda</a> melalui Dutch Docu Channel di YouTube menyebarkannya sebagaimana terlihat dalam <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/video/">video</a> di atas. Sebelum Internet marak sejak pertengahan 1990-an, <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/video/">video</a>semacam ini tergolong langka.<br /><br /><br />Video tersebut merekam peristiwa penting transfer of sovereignty over Indonesia 1949, "penyerahan kedaulatan" dari<a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/belanda/">Belanda</a> kepada Indonesia tahun 1949.<br /><br /><br />Bagi politisi dan akademisi Indonesia pasca Orde Lama, momen itu lebih sering disebut sebagai "pengakuan kedaulatan". Alasannya, tonggak kedaulatan sesungguhnya terjadi empat tahun sebelumnya, 17 Agustus 1945.<br /><br /><br />Video di atas menunjukkan pengakuan kedaulatan setelah melalui perundingan yang lazim disebut Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, 23 Agustus - 2 November, 1949.<br /><br /><br />Pihak Indonesia diwakili <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/bung-hatta/">Bung Hatta</a>, sedangkan <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/bung-karno/">Bung Karno</a> saat itu memantau dari ibukota republik di <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/yogyakarta/">Yogyakarta</a>.<br /><br /><br />Selain <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/belanda/">Belanda</a>, pihak yang terlibat perundingan adalahBijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) atau Badan Permusyawaratan Federal yang merupakan wadah negara-negara boneka berikut ini:<br /><br /><br />1. Negara Indonesia Timur pimpinan Tjokorda Gede Raka Sukawati<br /><br />2. Negara Sumatera Timur pimpinan Dr Mansur<br /><br />3. Negara Sumatera Selatan pimpinan Abdul Malik<br /><br />4. Negara Jawa Timur pimpinan RT Kusumonegoro<br /><br />5. Negara Pasundan pimpinan RAA Wiranata Kusumah<br /><br />6. Negara Madura pimpinan Tjakraningrat<br /><br /><br />Lazim diketahui, KMB didahului dengan Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948) dan Perjanjian Roem-van Roijen (1949).<br /><br /><br />Semua itu terjadi karena <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/belanda/">Belanda</a> melancarkan Agresi Militer I dan II meski Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaan.<br /><br /><br />Menghadapi hal itu, kubu Indonesia terpecah. Kubu <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/bung-karno/">Bung Karno</a>dan <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/bung-hatta/">Bung Hatta</a> berusaha sekuat tenaga menempuh strategi diplomasi demi menghindari pertumbahan darah di kalangan rakyat yang baru merdeka.<br /><br /><br />Sementara, sebagian faksi angkatan perang atau tentara tidak tunduk pada pemimpin sipil. Mereka melawan Agresi Militer dengan bergerilya seperti kubu Jenderal Soedirman dan Tan Malaka.<br /><br /><br />Ternyata, urusan rumit itu bisa beres lewat diplomasi sebagaimana mencapai puncaknya dalam KMB.<br /><br /><br />Maka, <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/bung-hatta/">Bung Hatta</a> pun seperti terlihat mulai detik ke 2.25, mengucapkan kalimat secara datar dan tenang berikut ini: <br /><br /><br />Bangsa Indonesia dan Bangsa <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/belanda/">Belanda</a> kedua-duanya akan memperoleh bahagianya, anak cucu kita, angkatan kemudian, akan berterima kasih kepada kita, moga-moga Tuhan yang Maha Kuasa memberkati pekerjaan kita pada Konferensi Meja Bundar ini.<br /><br /><br />Usai KMB itu, ibukota Indonesia pun kembali dari <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/yogyakarta/">Yogyakarta</a> ke Jakarta.<br /><br /><br />Dan, lihat <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/video/">video</a> di bawah ini betapa rakyat Jakarta menyambut gegap gempita kehadiran kembali <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/bung-karno/">Bung Karno</a> dan semua pemimpin republik.<br /><br /><br />Selain gaya orasi <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/bung-karno/">Bung Karno</a> yang memukau, hal menarik dari<a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/video/">video</a> di bawah ini adalah cara <a href="http://surabaya.tribunnews.com/tag/bung-karno/">Bung Karno</a> menyebut hasil KMB itu sebagai "penyerahan kedaulatan", bukan "pengakuan kedaulatan".<br /><br /><br />Bung Karno juga menyebut penyerahan kedaulatan itu sebagai hasil good will atau maksud yang baik, pengertian yang baik<div style="background-color: white; color: #323233; font-family: "Open Sans", arial, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 27.2px; padding: 0px 0px 25px;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-84651094713888050142016-03-13T19:37:00.001+07:002016-08-17T16:56:03.080+07:00Pasca-Supersemar, Soekarno Tidak Sanggup Bayar Pengobatan Gigi<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-bottom: 10px; margin-top: 3px;">
<span style="box-sizing: border-box; font-weight: 700;"><a href="http://nasional.kompas.com/read/2016/03/11/14300051/Pasca-Supersemar.Soekarno.Tidak.Sanggup.Bayar.Pengobatan.Gigi">JAKARTA, KOMPAS.com</a></span> -<br />
<table class="grey" style="box-sizing: border-box; color: #8c8c8c; font-family: OpenSans, helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 18.2px;"><tbody style="box-sizing: border-box;">
<tr style="box-sizing: border-box;"><td style="box-sizing: border-box;"><span style="line-height: 18.2px;">Penulis : Indra Akuntono</span><br />
<span style="line-height: 18.2px;">Editor : Sandro Gatra</span><br />
<span style="line-height: 18.2px;">Kehidupan Presiden Soekarno pasca-terbitnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966 sangat memprihatinkan. Kekuasannya tergerus perlahan, kesulitan uang, membayar biaya pengobatan sakit gigi pun tak mampu.</span><br />
<span style="line-height: 18.2px;">Dalam buku "Memoar Sidarto Danusubroto Ajudan Bung Karno," Asvi Warman Adam menyebut bahwa perlakuan negara terhadap Soekarno setelah Presiden Soeharto berkuasa tidak terekspos oleh publik. Jarang sekali ada pemberitaan mengenai kehidupan Soekarno.</span></td><td style="box-sizing: border-box;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibE9YulrSdKcLYECNnLSnMS866itQyiLbs2yCrUapF9Q7sW1L7n4JCMGjg5m0kpTmFa8BXWag6fARPI25WF36U-vemN8-qNgHwCCy4EVPpcFzRR5msaUNaq8jITGA0mO__kb6v7r2xmRNv/s1600/1005540PRESIDEN-SOEKARNO158-041780x390.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibE9YulrSdKcLYECNnLSnMS866itQyiLbs2yCrUapF9Q7sW1L7n4JCMGjg5m0kpTmFa8BXWag6fARPI25WF36U-vemN8-qNgHwCCy4EVPpcFzRR5msaUNaq8jITGA0mO__kb6v7r2xmRNv/s400/1005540PRESIDEN-SOEKARNO158-041780x390.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: white; color: #666666; font-family: "open sans" , sans-serif; font-size: 9.996px; font-weight: bold; line-height: 12.9948px; text-align: right;">-/Arsip Kompas</span></td></tr>
</tbody></table>
Awal 1967, dokter pribadi Soekarno, dr Tan, meminta drg Oei Hong Kian datang ke Istana untuk mengobati Soekarno yang sedang sakit gigi.<br />
<br />
<br />
Namun, peralatan pemeriksaan dan pengobatan gigi yang tersedia di Istana sudah ketinggalan zaman. Salah satunya adalah alat bor gigi yang tidak dilengkapi air pendingin.<br />
<br />
<br />
Di saat bersamaan, pihak keamanan tidak mengizinkan Soekarno berobat di rumah sekaligus tempat praktik drg Oei di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Karena itu, drg Oei terpaksa membawa alat yang tersedia di tempat praktiknya ke Istana dengan menggunakan truk.<br />
<br />
<br />
Soekarno memerlukan perawatan intensif sehingga drg Oei sering datang ke Istana untuk memeriksa dan memberikan pengobatan gigi.<br />
<br />
<br />
Ketika Soekarno tinggal di Istana Bogor, pengobatan gigi ke tempat praktik drg Oei dilakukan dengan pengamanan ketat.<br />
<br />
<br />
Soekarno turun dari mobil ketika sudah berada di dalam garasi. Soekarno juga meminta drg Oei untuk menjadikan tempat praktiknya sebagai lokasi pertemuan dengan anak-anaknya.<br />
<br />
<br />
Untuk keluar dan masuk Jakarta-Bogor, Soekarno harus mendapatkan izin tertulis dari Pangdam Siliwangi dan Pangdam Jaya sesuai TAP MPR XXXIII/1967 yang melarang "sang proklamator" melakukan kegiatan politik sampai pemilihan umum yang akan datang. Pengurusan izin ini dilakukan oleh Sidarto selaku ajudan Soekarno.<br />
<br />
<br />
Sekitar Maret 1968, drg Oei pindah ke Belanda. Sebelum berangkat, ia sudah siap memberi cor emas pada gigi Soekarno. Namun, tindakan itu batal terlaksana karena pengawasan terhadap Soekarno semakin diperketat.<br />
<br />
<br />
Selama melakukan perawatan itu, drg Oei sama sekali tidak dibayar oleh pemerintah, apalagi oleh Soekarno yang sudah tidak memiliki uang.<br />
<br />
<br />
Sejak awal 1968, seluruh aktivitas Soekarno makin dibatasi. Ia tinggal di paviliun Istana Bogor dan kemudian dipindahkan ke Hing Puri Bima Sakti di Batutulis Bogor.<br />
<br />
<br />
Putri Soekarno, Rachmawati lalu menemui Soeharto di Cendana dan meminta ayahnya dipindahkan ke Jakarta. Soeharto mengizinkan, dan Soekarno kemudian tinggal di Wisma Yaso (sekarang Museum Satria Mandala) Jakarta.<br />
<br />
<br />
Pada saat itu, Soekarno masih terus diinterogasi oleh Kopkamtib. Pemeriksaan dan interogasi itu berhenti atas perintah Soeharto karena kesehatan Soekarno semakin memburuk.<br />
<br />
<br />
Dalam buku yang ditulis Asvi, disebutkan bahwa Soekarno tidak pernah mendapat perawatan khusus selama tinggal di Wisma Yaso karena hanya ditangani oleh seorang dokter umum, dr Surojo.<br />
<br />
<br />
Menurut Rachmawati, dr Surojo biasanya merawat hewan-hewan yang ada di Istana Merdeka.<br />
<br />
<br />
Sewaktu menjadi tahanan rumah di Wisma Yaso, Soekarno dilarang dikunjungi masyarakat umum.<br />
<br />
<br />
Pangdam Siliwangi saat itu, HR Dharsono juga mengeluarkan larangan untuk semua warga Jawa Barat mengunjungi dan dikunjungi Soekarno.<br />
<br />
<br />
Soekarno meninggal dunia pada 21 Juni 1970 setelah beberapa hari dirawat di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Wisma Yaso menjadi tempat pembaringan Soekarno setelah meninggal dunia dan dilepas oleh Presiden Soeharto serta Ny Tien Soeharto.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-88458208495368681552015-12-05T21:19:00.000+07:002015-12-05T21:19:26.851+07:0014 Tahun diperjuangkan, Raja Badung akhirnya jadi pahlawan nasionalReporter : <a href="http://www.merdeka.com/reporter/gede-nadi-jaya/" rel="nofollow" target="_blank">Gede Nadi Jaya</a><br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5HY9RK3yf54e73duPSwJpoZ9KejgJSJfwha5mk9I7VMmcAkE9SJY7YyRcLPuEmkJi6cz0v7Yez_ragoUWfPNPVqMb_u1RCkcrxf7WLvLitHQck0ASuf0_i3avwt6ecz70vcMl1am0-TrZ/s1600/14-tahun-diperjuangkan-raja-badung-akhirnya-jadi-pahlawan-nasional.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5HY9RK3yf54e73duPSwJpoZ9KejgJSJfwha5mk9I7VMmcAkE9SJY7YyRcLPuEmkJi6cz0v7Yez_ragoUWfPNPVqMb_u1RCkcrxf7WLvLitHQck0ASuf0_i3avwt6ecz70vcMl1am0-TrZ/s320/14-tahun-diperjuangkan-raja-badung-akhirnya-jadi-pahlawan-nasional.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span id="mdk-body-news-caption">I Gusti Ngurah Made Badung. ©2015 Merdeka.com</span></td></tr>
</tbody></table>
<b><a href="http://merdeka.com/">Merdeka.com</a> - </b>Selama 14 tahun lamanya keluarga Raja Badung di
Puri Satria Denpasar mengajukan rajanya bernama I Gusti Ngurah Made
Badung untuk dinobatkan sebagai pahlawan nasional asal Bali.<br /><br />"Ini
adalah sebuah kebanggaan dan penuh rasa bahagia karena leluhur kami
yang berjuang dalam melawan penjajah akhirnya dinobatkan dan anugerahkan
sebagai pahlawan nasional," ujar Cokorda Ratmada selaku keluarga Puri
Satria yang juga sepupu dari Mentrri Koperasi dan UKM, Anak Agung Ngurah
Puspayoga.<br /><br />Penganugerahan ini dirayakan di halaman depan Pura
Padarman Puri Satria, Sabtu malam (5/12) di Denpasar, Bali. Cok Ratmadi
yang juga anggota DPD, mengaku sangat bangga dan haru yang akhirnya
leluhurnya yang merupakan raja Badung ke-6 bisa dinobatkan sebagai
pahlawan Nasional. <br /><br />"Pesan beliau yang terus disampaikan kepada
keturunannya adalah terus berjuang tanpa ada rasa takut dan lelah demi
sebuah cita-cita bangsa," ungkapnya.<br /><br />Mewakili pemerintah, hadir
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang hadir dalam membacakan
penganugerahan pahlawan terhadap I Gusti Ngurah Made Agung. Ryamizard
menjelaskan, raja ke 6 Raja Badung dianugerahi pahlawan nasional
berdasarkan cerita-cerita dari berbagai sumber termasuk sumber kerajaan
lain di Bali seperti Puri Satria, Puri Kesiman dan Puri Pemecutan. <br /><br />Menurut
Ryamizard, I Gusti Ngurah Made Agung dalam berjuang melawan penjajah
tidak pernah gentar dan selalu menentang apa yang jadi kebijakan para
penjajah untuk bernegosiasi. "Beliau selalu turun langsung dalam melawan
dan mengusir penjajah. Hingga keberaniannya diikuti oleh raja-raja
lain, dan tercetuslah perang Puputan Badung."<br /><br />Hal senada juga
dilontarkan, Ketua DPD RI, Irman Gusman. Bahwa perjuangan I Gusti Ngurah
Made Agung patung jadi Kebanggaan masyarakat Bali. Semangat Puputan
(perang habis habisan) melecut semangat ribuan rakyat Bali dari
anak-anak hingga kakek nenek mengacungkan senjata mengorbankan nyawa
melawan penjajah.<br /><br />"Dengan dinobatkannya I Gusti Ngurah Made Agung
sebagai pahlawan nasional, maka di Bali tercatat ada lima pahlawan yang
masuk daftar pahlawan nasional. Di Indonesia ini hanya ada 168 yang
tercatat sebagai pahlawan nasional. Itu sangat kecil sekali dilihat dari
perjuangan putra putri bangsa dalam mengusir penjajah kala itu," ungkap
Irman.<br /><br />Irman menilai, perjuangan semangat Puputan Badung dari I
Gusti Ngurah Made Agung pada tahun 1882-1886 hingga kini, masih
terngiang di hati masyarakat Bali dengan mengenang hari Puputan Badung.<br /><br />Dalam
penganugerahan ini, hadir seluruh pejabat pemerintahan baik dari
Petinggi Kodam IX Udayana dan Kapolda Bali. Hadir juga menteri agraria
dan pertanahan, menteri Pemberdayaan perempuan dan anak, serta menteri
koperasi dan UKM. Namun tidak tampak Gubernur Bali atau yang mewakili
dari Pemerintahan Provinsi Bali.<br />
<div id="mdk-body-newsinit">
[bal]</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-35273025740357536672015-11-22T12:14:00.001+07:002015-11-22T12:17:58.365+07:00Markas Gerakan Pramuka di Koningsplein OostRed: Maman Sudiaman<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji1xSK94IqikW5KTzet-7DIJBwz-gvjs56DRzqXsawBEK-dxBSloYMz_jUAxEl7tIuJIfDHf4ljVL5Ni-sgJQbFWIAGaZ86036KpBCAx882BWw70ndcWV-0uyw7q6XyjAlMoIRNAoyE1pu/s1600/markas-gedung-pramuka-di-koningsplein-oost-_151115204645-636.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji1xSK94IqikW5KTzet-7DIJBwz-gvjs56DRzqXsawBEK-dxBSloYMz_jUAxEl7tIuJIfDHf4ljVL5Ni-sgJQbFWIAGaZ86036KpBCAx882BWw70ndcWV-0uyw7q6XyjAlMoIRNAoyE1pu/s400/markas-gedung-pramuka-di-koningsplein-oost-_151115204645-636.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Markas gedung Pramuka di Koningsplein Oost.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<div class="content-detail">
<a href="http://senggang.republika.co.id/berita/senggang/nostalgia-abah-alwi/15/11/15/nxuzon319-markas-gerakan-pramuka-di-koningsplein-oost">
</a><a href="http://senggang.republika.co.id/berita/senggang/nostalgia-abah-alwi/15/11/15/nxuzon319-markas-gerakan-pramuka-di-koningsplein-oost">REPUBLIKA.CO.ID, <img alt="" src="http://static.republika.co.id/uploads/images/inline/alwi22.jpg" style="float: left; margin: 0px 5px;" />Oleh: <b>Alwi Shahab</b></a><br />
<br />
<b>Inilah kediaman seorang pedagang kaya raya berkebangsaan Inggris di <i>Koningsplein Oost</i>
(Jl Medan Merdeka Timur), diabadikan pada 1872. Pengusaha tersebut
manajer sebuah perkebunan terkenal di Hindia Belanda bernama Montgomery
Tannat Pryce kelahiran Wales, Inggris, 11 September 1819. Dia memilih
tinggal di Batavia karena kakaknya, David Tannatt Pryce (1815-1892),
telah bermukim di kota ini sejak September 1839.<br /><br />Pada 1853, ia
mendirikan perusahaan ‘’John Pryce & Co’’ bergerak di bidang
perdagangan, pertokoan, dan penyuplai angkutan laut. Di kediamannya yang
anggun ini, dia kerap mengadakan pesta-pesta bagi kalangan atas dengan
dansa-dansi.<span style="background-color: #ffd966;"> <span style="color: red;">Rumah yang memiliki halaman luas ini telah dibongkar dan
kini ditempati oleh badan usaha pensiunan TNI-AD Yayasan Kartika Eka
Paksi dan Kantor Pusat Gerakan Pramuka.<br /><br />Dalam barisan gedung
tersebut, kini terdapat Markas Kostrad dan Kantor Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut. Di Markas Kostrad inilah, Pak Harto selaku panglimanya
menyusun strategi menghadapi G30S. Di sekitar Gedung Dirjen Perhubungan
Laut inilah kira-kira tempat Nyai Dasima ketika masih menjadi gundik
(nyai) tuan Willem juga berkebangsaan Inggris pada masa Pemerintahan
Raffles (1811-1816).</span></span><br /><br />Di antara gedung ini dan gereja Emanuel di
depan stasiun Gambir, Jakarta Pusat, terletak Jl Pejambon. Di Pejambon,
terdapat Taman Adipati yang disebut Herzogpark. Sebab, Herzog Bernhard
von Sachen pernah tinggal di sini dalam Istana Kecil antara 1849- 1851
yang kini menjadi Gedung Pancasila. Adipati keturunan Jerman ini
menjabat sebagai panglima Angkatan Bersenjata Hindia Belanda.
Sebelumnya, ditempati seorang Tionghoa yang membuka pabrik gula.<br /><br />Gedung
Pancasila menjadi tempat sidang-sidang Volksraad (1916-1962). Di zaman
Jepang dan menjelang proklamasi kemerdekaan, gedung tersebut menjadi
tempat sidang Badan Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
untuk menyiapkan UUD 45. Dalam Gedung Pancasila ini, Bung Karno pada 1
Juni 1945 berpidato yang melahirkan dasar negara Pancasila.<br /><br />Warga Belanda pada awal abad ke-20 banyak yang tinggal di <i>landhuis</i>,
rumah perkebunan sangat luas dengan tiang-tiang dan beranda depan yang
di depannya terhampar taman dan sebuah jalan yang di kedua sisinya
ditanami pohon-pohon hingga membuat suasana sejuk. </b></div>
<div class="cap-foto">
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-6076544933281965012015-11-13T23:03:00.001+07:002015-11-13T23:03:13.219+07:00Jenderal TNI ini sasaran pengadilan rakyat soal 65 di BelandaReporter : <a href="http://www.merdeka.com/reporter/yulistyo-pratomo/" rel="nofollow" target="_blank">Yulistyo Pratomo</a><br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk168-Ek0TmvVxjrqeHsoitz7XscpLuw-HzdkIWDkJDNwkR599Klq9q-7a8upd8YNzTV1y7XpXBsUJ0YUVwIfJa9pC9QSNu9JWab6ErQPvdee-2TLB-rcBaPGJixjCDs1k4bdZ8Z3wY6So/s1600/jenderal-tni-ini-sasaran-pengadilan-rakyat-soal-65-di-belanda.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk168-Ek0TmvVxjrqeHsoitz7XscpLuw-HzdkIWDkJDNwkR599Klq9q-7a8upd8YNzTV1y7XpXBsUJ0YUVwIfJa9pC9QSNu9JWab6ErQPvdee-2TLB-rcBaPGJixjCDs1k4bdZ8Z3wY6So/s320/jenderal-tni-ini-sasaran-pengadilan-rakyat-soal-65-di-belanda.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span id="mdk-body-news-caption">Poster pengadilan rakyat 1965 di Belanda. ©2015 Merdeka.com</span></td></tr>
</tbody></table>
<b><a href="http://merdeka.com/">Merdeka.com</a> - </b>Tragedi 1965 sudah berlalu. Pemerintah juga
telah memutuskan untuk tak meminta maaf atas kasus pembunuhan,
penyiksaan dan pelecehan seksual yang terjadi saat peristiwa tersebut
berlangsung.<br /><br />Penolakan pemerintah membuat korban-korban tragedi
1965 menggugat pemerintah. Meski demikian, pengadilan ini bukan
sungguhan meski digelar di Den Haag, Belanda. Peradilan itu dilakukan
untuk mendesak pemerintah mengusut kasus 1965.<br /><br />Pengadilan
tersebut digelar atas inisiatif dari International People's Tribunal
(IPT). Sidang sudah berlangsung selama dua hari dan direncanakan bakal
selesai hari ini, atau Sabtu (14/11) besok.<br /><br />Tak banyak warga
Indonesia masa kini tahu, selepas insiden penculikan enam jenderal
Angkatan Darat pada 30 September 1965, paling tidak 1 juta orang dibunuh
di Sumatera, Jawa, Bali, NTT; belasan ribu lainnya ditahan tanpa
pengadilan. Ada pemenang sejarah, ada yang dinista. Publik Barat
terkejut menyaksikan film dokumenter 'Jagal' (2013), ternyata di
Indonesia terjadi genosida dan kejahatan politik tak kalah buruk dari
ulah Nazi selama Perang Dunia II.<br /><br />IPT digelar selama empat hari.
Seluruh agenda kegiatan bisa disaksikan lewat sambungan internet di
situs resmi mereka. Pada sidang pertama kemarin, fakta-fakta soal
pembantaian massal 1965 diungkap. Saat <b><a href="http://www.merdeka.com/berita-hari-ini/">berita</a></b> ini dilansir, sidang fokus membahas penyiksaan tahanan politik terduga komunis dan kekerasan seksual bagi tapol perempuan.<br /><br />Untuk
hari ketiga dan keempat, topik yang dibahas penghilangan paksa terduga
komunis dan keterlibatan negara lain dalam pembantaian massal itu.
Negara-negara dinilai turut menanggung dosa itu adalah Amerika Serikat,
Inggris, dan Australia. Pemerintah RI, sebagai salah satu terdakwa,
dituntut jaksa atas sembilan poin pelanggaran HAM berat.<br /><br />"Kenapa
kita semua berkumpul di sini? Jawabannya adalah kita ingin memperoleh
kebenaran. Bangsa Indonesia ingin mencari kebenaran," kata Kepala Tim
Jaksa, Todung Mulya Lubis.<br /><br />Lalu, siapakah Jenderal yang menjadi sasaran pengadilan ini?<br />
<br />
Pengadilan rakyat yang digelar International People Tribunal
memang tak langsung menuntut para jenderal yang terlibat dalam peristiwa
itu. Para jenderal yang terlibat juga sudah meninggal dunia.<br /><br />Meski
begitu, dari sejumlah jenderal, salah satu sasaran utamanya adalah
Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo. Dia dianggap sebagai sosok yang
paling bertanggung jawab atas tragedi yang memakan jutaan nyawa di
Indonesia.<br /><br />Setelah mengetahui pembunuhan terhadap sejumlah
jenderal, Sarwo yang saat kejadian masih berpangkat Kolonel langsung
menyatakan dukungannya kepada Pangkostrad Mayor Jenderal <b><strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soeharto/">Soeharto</a></strong></b>. Dia pula yang langsung ditunjuk <b><strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soeharto/">Soeharto</a></strong></b> untuk memimpin gerakan penumpasan.<br /><br />Alasan
Sarwo untuk terjun memimpin operasi dilakukan karena dia merasa marah
atas tindakan G30S yang membunuh sahabat baiknya, Jenderal <b><strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/a/ahmad-yani/">Ahmad Yani</a></strong></b>. Dia langsung memimpin Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD, sekarang Kopassus) bergerak ke daerah-daerah.<br /><br />Lebih
dari puluhan juta orang ditangkapi karena disinyalir PKI. Upaya
pemberantasan melebar dari Pulau Jawa, Sumatera, Bali hingga Kalimantan.
Saat memberikan laporan tanggung jawab, dia meyakini ada 3 juta orang
yang menjadi korban.<br /><br />Selain dia, masih ada Soeharto. Dia lah yang
memberikan perintah untuk melaksanakan operasi penertiban dan
penumpasan. Banyak yang meyakini Pak Harto adalah tokoh di balik G30S,
namun tak banyak bukti yang bisa membuktikannya.<br /><br />Setelah G30S
berakhir, dia langsung naik ke dalam lingkaran kekuasaan. Dia yang
ditunjuk Soekarno untuk melaksanakan operasi penertiban paska G30S oleh
Soekarno.<br /><br />Setelah operasi dinyatakan selesai, Soeharto lantas diangkat sebagai Presiden menggantikan Soekarno yang mulai sakit-sakitan.<a href="http://www.merdeka.com/peristiwa/jenderal-tni-ini-sasaran-pengadilan-rakyat-soal-65-di-belanda-splitnews-2.html" style="display: inline-block; padding: 2px 0;"><label></label></a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-82755175714700663862015-08-17T12:35:00.002+07:002015-08-17T12:35:43.549+07:00Kurir wanita ini jadi saksi Pertempuran Kemit di GombongReporter : <a href="http://www.merdeka.com/reporter/siti-nur-azzura/" rel="nofollow" target="_blank">Siti Nur Azzura</a><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKMXCBmsKZz6yxjb5O76B5p_dikwT3t0iruSq1B5AwFajr3mJM_nnLDeI0hxMT_YaNBVokK6udrN9JoX5Q1mU9EvDbIHGVj_cts91QdXfQ4wHOu0Scf6yORgzLFD_gfbGSpZ4B6-Y8tnHv/s1600/kurir-wanita-ini-jadi-saksi-pertempuran-kemit-di-gombong.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKMXCBmsKZz6yxjb5O76B5p_dikwT3t0iruSq1B5AwFajr3mJM_nnLDeI0hxMT_YaNBVokK6udrN9JoX5Q1mU9EvDbIHGVj_cts91QdXfQ4wHOu0Scf6yORgzLFD_gfbGSpZ4B6-Y8tnHv/s320/kurir-wanita-ini-jadi-saksi-pertempuran-kemit-di-gombong.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span id="mdk-body-news-caption">Pahlawan wanita. ©2015 Merdeka.com</span></td></tr>
</tbody></table>
<a href="http://www.merdeka.com/peristiwa/kurir-wanita-ini-jadi-saksi-pertempuran-kemit-di-gombong.html"> </a><b><a href="http://www.merdeka.com/peristiwa/kurir-wanita-ini-jadi-saksi-pertempuran-kemit-di-gombong.html">Merdeka.com </a>- </b>Para pejuang bukan hanya orang-orang yang terjun
langsung dalam suatu pertempuran, namun juga mereka yang turut membantu
memperjuangkan kemerdekaan meski dengan melakukan hal-hal kecil. Bahkan
dari hal kecil itu, bisa membawa perubahan yang besar.<br /><br />Seperti
yang dialami oleh Soepia Subito, seorang nenek yang pernah menjadi kurir
wanita saat Pertempuran Kemit di Gombong, Jawa Tengah. Meski saat itu
Soepia masih berusia 14 tahun, namun dia tetap berjuang merebut
kemerdekaan dari tangan penjajah.<br /><br />Pada tahun 1947, Soepia
mengikuti jejak kakaknya yang merupakan seorang kepala persenjataan di
pasukan tentara republik. Sebagai kurir, dia bertugas mengantarkan surat
dari komando pasukan ke tentara republik yang berada di wilayah
kekuasaan Belanda.<br /><br />"Kami jadi kurir dari daerah republik ke
daerah Belanda, Belanda ke republik. Jadi setiap nyebrang di perbatasan
ya digeledah. Ini udah perbatasan, kalau tentara kita mau gerilya saya
disuruh bawa surat dari komando militer ke Gombong ke saudara yang ada
di daerah Belanda. Mereka nanya gerilya lewat mana yang Belanda engga
patroli ke daerah itu," kata Soepia saat perayaan Hari Veteran Nasional
di gedung <b><a href="http://www.merdeka.com/tag/j/jakarta/">Jakarta</a></b> Convention Centre (JCC), Jakarta Selatan, Selasa (11/8).<br /><br />Agar
lolos dari pemeriksaan, Soepia harus berpura-pura sebagai rakyat biasa
yang hanya ingin melewati perbatasan untuk berjualan. Sementara itu,
surat yang dia bawa akan disimpan rapi di bawah kaki rinjing bambu agar
tidak terlihat oleh tentara Belanda.<br /><br />"Saat masuk ke perbatasan
pura-pura jual telur, jual kelapa. Nanti pulang pura-pura beli beras
atau apa. Penampilannya seperti rakyat biasa," jelasnya.<br /><br />Selain
itu, wanita kelahiran Maret 1933 ini juga bertugas mengisi ulang
persenjataan untuk para tentara saat pertempuran. Bahkan dia juga sering
mengantarkan makanan dari markas kesatuan yang terletak di gunung, ke
garis depan yang ada di perkampungan di daerah Kemit.<br /><br />Sayangnya,
Soepia tidak mendapat perbekalan ilmu untuk mempertahankan diri dari
serangan musuh. Sehingga dia benar-benar harus mencari jalan sendiri
ketika bertemu dengan musuh.<br /><br />Jika ada pertempuran, Soepia hanya
bisa tiarap agar tidak menjadi sasaran peluru. Sehingga dia harus
melihat sendiri rakyat dan tentara yang gugur di medan perang.<br /><br />"Belanda
kan punya senjata sambil patroli ke kampung. Kalau mereka ketemu
Belanda ya ditembak. kami kalau ada patroli itu hanya tiarap. Yang saya
sedih itu waktu pasar candi, dari atas di bom, dari jauh ditembaki,
tentara banyak yang mati, rakyat juga banyak yang mati dan saya lihat
jenazah-jenazah itu," imbuh nenek usia 82 tahun itu.<br /><br />Kini, Soepia
tengah aktif menyebarkan semangat juang para wanita dari berbagai
yayasan. "Kegiatan setiap hari saya banyak sekali di
lokalisasi-lokalisasi, PKK dan biarawati. Di pelatihan pejuang 45 yang
gedungnya di Gedung Joeang. Saya juga gabung ke veteran. Kami di
biarawati juga masuk ke wanita pejuang tapi sekarang udah jadi yayasan,"
imbuhnya.<br /><br />Dia berpesan, agar masyarakat Indonesia, terutama
generasi muda bisa meneruskan semangat para pejuang untuk meraih
kemerdekaan, salah satunya bebas dari <b><a href="http://www.merdeka.com/tag/k/kasus-korupsi/">korupsi</a></b> dan narkoba. Sebab, hal itu akan merusak mental dan moral bangsa.<br /><br />"Dulu
kami yang berjuang tanpa ada keinginan apa-apa kecuali menang. Tapi
para koruptor yang udah enak tapi malah merugikan bangsa," ungkapnya
dengan mata yang berkaca-kacaUnknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-92166801182004342382015-07-05T21:29:00.001+07:002015-07-05T21:31:16.114+07:00Belajar Jujur dari Hoegeng<span class="kcmread1114"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOojORZ_X4l7jHLIS1J5bfKruN87Q3W90sqZ5pyT7qeJjVMmawp-AL7In7nBTCihG4FYtuXMZ5tM4gmhWBddf24jWxih9RIPC1WpSZ90TPDaYKYbMQF0Z0ItstpGd21GxWX463XNn7IiUs/s1600/1233086010-foto01-Copy4780x390.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOojORZ_X4l7jHLIS1J5bfKruN87Q3W90sqZ5pyT7qeJjVMmawp-AL7In7nBTCihG4FYtuXMZ5tM4gmhWBddf24jWxih9RIPC1WpSZ90TPDaYKYbMQF0Z0ItstpGd21GxWX463XNn7IiUs/s320/1233086010-foto01-Copy4780x390.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="pb_10 author">KOMPAS/Hendranto</span></td></tr>
</tbody></table>
</span><br />
<br />
<a href="http://nasional.kompas.com/read/2015/07/02/15000051/Belajar.Jujur.dari.Hoegeng"><b>JAKARTA, KOMPAS</b></a> - Belajar dari masa lalu. Peristiwa itu terjadi tahun 1969. Sudah 46 tahun lalu! Harian <i>Kompas</i>,
2 Juli 1969, mengutip instruksi Kepala Kepolisian Negara RI Komisaris
Jenderal Hoegeng Iman Santoso. Bertepatan dengan Hari Bhayangkara,
Kapolri Hoegeng memerintahkan kepala polda untuk mendaftarkan kekayaan
semua unsur pimpinan Komando Keamanan Pelabuhan sebelum ataupun sesudah
melakukan tugas pelabuhan.<br />
<b>Jika Hoegeng masih hidup, mungkin dia menangis melihat situasi saat
ini. Seperti dituturkan dalam buku Hoegeng, Oase Menyejukkan di Tengah
Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa, Hoegeng pernah menulis memo
kepada Kapolri Jenderal (Pol) Widodo Budidarmo pada 1977. Hoegeng
menulis, "Wid, sekarang ini kok polisi kaya raya. Sampai-sampai ada yang
punya rumah di Kemang. Dari mana duitnya?" "Sebagai mantan Kapolri,
saya benar-benar prihatin dan malu dengan adanya kasus ini."</b><br />
Sebagai sosok polisi yang jujur dan bersih serta menghindari konflik
kepentingan, Hoegeng pernah meminta Merry, istrinya, menutup toko bunga
yang baru dirintis. Hoegeng tak ingin ada konflik kepentingan.
Sebagaimana ditulis Suhartono dalam buku Hoegeng Polisi dan Menteri
Teladan (2013), Hoegeng tidak ingin memanfaatkan posisi, kekuasaan, dan
jabatannya sebagai Dirjen Imigrasi. Saat pemilik rumah sewaan tak mau
dibayar rumah sewaannya, Hoegeng membayarnya dengan wesel pos.<br />
Menurut cerita Aditya Soetanto Hoegeng (Didit), putra kedua Hoegeng,
seperti dikisahkan dalam buku karya Suhartono, Hoegeng tidak pernah mau
menerima gratifikasi dalam bentuk apa pun. "Saat melakukan kunjungan ke
daerah, kadapol selalu memberikan bingkisan berupa makanan atau
buah-buahan. Bingkisan itu sudah diletakkan di pesawat sebelum Papi
naik. Namun, saat Papi melihat bingkisan itu, ia turun lagi dan meminta
bingkisan itu diturunkan. Papi tak mau terbang sebelum barang tersebut
disingkirkan dari pesawat," tutur Didit.<br />
<b>Instruksi Hoegeng yang mewajibkan pejabat menyerahkan laporan
kekayaan 46 tahun lalu itu baru terwujud secara formal setelah era
Reformasi melalui Tap MPR No XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas KKN serta UU tentang Tindak Pidana Korupsi. Namun,
Tap MPR dan UU itu pun sering dilanggar secara terbuka. Bahkan, ada
pejabat yang berani terang-terangan menolak mengisi laporan kekayaan
itu.</b><br />
Betapa visionernya Hoegeng untuk mencegah korupsi di Indonesia. Ide
pelaporan kekayaan bagi kepolisian datang dari Hoegeng sebagai instrumen
untuk mencegah korupsi. Tajuk Rencana Kompas, 16 Juli 2004, menulis,
"Benar Akan Berantas KKN? Belajarlah dari Hoegeng".<br />
Ya, Hoegeng memang sosok jujur, bersih, berkarakter. Kapolri periode
1968-1971 itu pernah berkata, "Selesaikan tugas dengan kejujuran karena
kita masih bisa makan dengan garam."<br />
Karier Hoegeng, polisi yang jujur, bersih, dan punya prinsip itu,
berakhir ketika dia mengundurkan diri sebagai Kapolri pada 2 Oktober
1971. Dia ditawari Presiden Soeharto untuk menjadi duta besar di Swedia
ataupun Belgia, Belanda, dan Luksemburg. Namun, tawaran itu ditolak
Hoegeng.<br />
"Papimu ini seorang polisi dan harusnya ditugaskan sebagai polisi
saja, bukan dubes. Untuk menjadi dubes harus seorang diplomat," ujar
Didit menceritakan alasannya.<br />
Kehidupan memang sudah berubah, tetapi kejujuran Hoegeng adalah sesuatu nilai yang seharusnya universal.<br />
<i>* Artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Juli 2015 dengan judul "<a href="http://print.kompas.com/baca/2015/07/02/Belajar-Jujur-dari-Hoegeng">Belajar Jujur dari Hoegeng</a>".</i><br />
<br />
<hr class="orange" />
<div class="kcm-read-bottom-topic mb2">
</div>
<div class="kcm-read-copy mb2">
<table class="grey" style="width: 400pxpx;">
<tbody>
<tr>
<td width="50px">Editor
</td>
<td>: Laksono Hari Wiwoho </td>
</tr>
<tr><td>Sumber</td><td>: <a href="http://print.kompas.com/" target="_blank">Harian Kompas</a></td></tr>
</tbody></table>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-42260379232942175152015-06-02T09:13:00.001+07:002015-06-02T09:13:41.849+07:00Logo Garuda Pancasila diciptakan eks jenderal tentara BelandaReporter : <a href="http://www.merdeka.com/reporter/ramadhian-fadillah/" target="_blank">Ramadhian Fadillah</a><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVV1ZxrxpnKcGsh14U9Q47YuoLNO7LKdVt1T5GdLgb7LpF9lkJdRO1lD4vCF3IIgYGqwZIvfa9INiHSj3Us97a_WwXwZsAlizS7q1s2A1goQiYYvrHANWF1wP3rRPlNHD7zERGSGwEpsjJ/s1600/logo-garuda-pancasila-diciptakan-eks-jenderal-tentara-belanda.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVV1ZxrxpnKcGsh14U9Q47YuoLNO7LKdVt1T5GdLgb7LpF9lkJdRO1lD4vCF3IIgYGqwZIvfa9INiHSj3Us97a_WwXwZsAlizS7q1s2A1goQiYYvrHANWF1wP3rRPlNHD7zERGSGwEpsjJ/s320/logo-garuda-pancasila-diciptakan-eks-jenderal-tentara-belanda.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"> <span id="mdk-body-news-caption">Sultan Hamid II. ©2013 Merdeka.com</span></td></tr>
</tbody></table>
<a href="http://www.merdeka.com/peristiwa/logo-garuda-pancasila-diciptakan-eks-jenderal-tentara-belanda.html"><b>Merdeka.com - </b></a>Pancasila diagung-agungkan sebagai dasar negara
Indonesia. Lambang burung Garuda dipasang di setiap ruang kelas dan
institusi resmi. Tapi nama pembuat lambang Garuda Pancasila seolah
dilupakan. Hanya segelintir orang yang mengenal Sutan Hamid Algadrie
atau Sultan Hamid II sebagai pembuatnya. Hamid II malah lebih dikenal
sebagai pemberontak.<br /><br />Siapa Sultan Hamid II?<br /><br />Sosoknya
ganteng, tegap dan perlente. Di darahnya mengalir darah ningrat
Kesultanan Pontianak. Dia satu dari sedikit orang pribumi yang bisa
lulus Akademi Militer Belanda di Breda. Sultan Syarif Hamid Alqadri
dilahirkan 12 Juli 1913. Putra Sultan Syarif Muhammad Alkadri, Sultan
keenam Pontianak.<br /><br />Walau terlahir dari Kesultanan Islam, kehidupan
Hamid Alqadri sepertinya lebih ke-Eropa-eropaan. Dia sempat masuk
Technische Hooge School (THS). Tetapi dia akhirnya lebih memilih menjadi
perwira tentara Belanda yang disebut Koninklijk Nederlandsch-Indisch
Leger (KNIL). Hamid muda memutuskan masuk ke Koninklijke Militaire
Academie di Breda. Dia mengaku sangat tertarik dengan kehidupan militer.<br /><br />Setelah
lulus, Hamid menjadi Letnan II. Hamid juga menikah dengan wanita
Belanda bernama Marie van Delden. Wanita yang dikenal dengan nama Dina
Van Delden ini putri Kapten seorang tentara Belanda.<br /><br />Masuknya
Jepang, menghancurkan kekuatan Belanda di Nusantara. Hamid yang sempat
berperang di Balikpapan ini kemudian dijebloskan Jepang ke penjara di
Batavia. Dia ditahan dari tahun 1942-1945. Baru bebas setelah Jepang
dikalahkan sekutu.<br /><br />Hamid kembali menjadi tentara Belanda.
Pangkatnya dinaikkan menjadi Kolonel, kemudian Jenderal Mayor. Mungkin
dia pribumi dengan pangkat militer tertinggi. Tapi akhirnya dia
melepaskan diri dari dinas militer dan memimpin rakyat Pontianak.<br /><br />Diakui
Hamid, sebuah keputusan yang berat meninggalkan dunia ketentaraan.
Apalagi dia diangkat menjadi ajudan istimewa Ratu Belanda Wilhelmina.<br /><br />Kemudian
Sultan Hamid menjadi Ketua Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO).
Forum negara-negara federal di Indonesia. Banyak pihak yang menganggap
BFO adalah boneka Belanda, walau pendapat ini tak selamanya benar.<br /><br />Saat Republik Indonesia Serikat (RIS) terbentuk, Hamid diangkat <strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soekarno/">Soekarno</a></strong> untuk menjadi menteri negara. Tugasnya menyediakan gedung dan menciptakan lambang negara.<br /><br />Hamid
menyerahkan rancangannya. Wujud seorang manusia yang berkepala Garuda
dan menggenggam perisai Pancasila. Itulah desain awal Pancasila. <strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soekarno/">Soekarno</a></strong>
kemudian memberikan beberapa usul, manusia Garuda diubah sepenuhnya
menjadi burung garuda. Tapi saat itu burung garuda masih 'gundul' dan
tidak berjambul.<br /><br />Presiden <strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soekarno/">Soekarno</a></strong> kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes <b><a href="http://www.merdeka.com/tag/j/jakarta/">Jakarta</a></b> pada 15 Februari 1950.<br /><br /> <strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soekarno/">Soekarno</a></strong> terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila. Pada tanggal 20 Maret 1950 <strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soekarno/">Soekarno</a></strong>
memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis kembali rancangan
tersebut. Beberapa yang diperbaiki antara lain penambahan jambul pada
kepala Garuda Pancasila. Selain itu mengubah posisi cakar kaki yang
mencengkram pita dari semula di belakang pita menjadi di depan pita.<br /><br />Banyak yang menduga <strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soekarno/">Soekarno</a></strong> menambahkan jambul karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagle, Lambang Amerika Serikat.<br /><br />Karir
politik Hamid sendiri berakhir tak lama berselang. Dia bersekutu dengan
Westerling untuk menyerang sidang kabinet di Pejambon. Hamid
memerintahkan Westerling membunuh menteri pertahanan <strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/sri-sultan-hamengkubuwono-ix/">Sri Sultan Hamengkubuwono IX</a></strong> , Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel TB Simatupang dan Sekjen Kementerian Pertahanan Ali Budiarjo.<br /><br />Percobaan
pembunuhan itu gagal. Sultan Hamengkubuwono IX menangkap Sultan Hamid
II. Dia diadili tahun 1953. Pembelaan dirinya ditolak. Pengadilan
mengganjarnya dengan hukuman 10 tahun penjara atas kesalahan
menggerakkan pemberontakan.<br /><br />Nama Hamid pun dikenal sebagai
pemberontak. Begitu yang tertulis di buku-buku sejarah. Jasanya
menciptakan burung Garuda seolah dilupakan.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-57329865925935260942015-04-23T02:42:00.001+07:002015-04-23T02:42:19.798+07:00Ini pidato lengkap Jokowi di KAA, sindir PBB hingga Bank Dunia<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfGxgh647l5_le79l55xilfJRU6WRKc12HFOMnFnWK6nr3hoNOFfxuWxebTcf0_DETmjQhdRaleLu3PqdmK30wFFX-EM2u11q65cDmEQR_bwYK6bIdms2Nyff7rlir5Pofg-kFsD1_5E_U/s1600/ini-pidato-lengkap-jokowi-di-kaa-sindir-pbb-hingga-bank-dunia.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfGxgh647l5_le79l55xilfJRU6WRKc12HFOMnFnWK6nr3hoNOFfxuWxebTcf0_DETmjQhdRaleLu3PqdmK30wFFX-EM2u11q65cDmEQR_bwYK6bIdms2Nyff7rlir5Pofg-kFsD1_5E_U/s1600/ini-pidato-lengkap-jokowi-di-kaa-sindir-pbb-hingga-bank-dunia.jpg" height="160" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span id="mdk-body-news-caption">Jokowi di KTT Asia Afrika. ©2015 Merdeka.com</span></td></tr>
</tbody></table>
<a href="http://merdeka.co/"><b>Merdeka.co</b></a><b><a href="http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-pidato-lengkap-jokowi-di-kaa-sindir-pbb-hingga-bank-dunia.html">m</a> - </b>Pidato Presiden Joko Widodo saat membuka
Konferensi Asia Afrika menyoroti kondisi global yang tidak seimbang.
Jokowi menyinggung status Palestina yang hingga kini masih dijajah,
peran Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang tidak berdaya, hingga
ekonomi dunia yang dikuasai lembaga seperti Bank Dunia dan IMF.<br /><br />Jokowi
mengajak negara-negara di kawasan Asia dan Afrika mempererat kerja sama
dan menciptakan tatanan dunia baru yang berdasarkan keadilan dan
kesetaraan.<br /><br />Berikut pidato lengkap Presiden Jokowi di depan para pemimpin negara Asia Afrika saat membuka KAA di <b><a href="http://www.merdeka.com/tag/j/jakarta/">Jakarta</a></b> Convention Center, Rabu (22/4).<br /><br /><em>60
Tahun lalu, bapak bangsa kami, Presiden Soekarno, Bung Karno
mencetuskan gagasan tersebut demi membangkitkan kesadaran bangsa-bangsa
Asia Afrika mendapatkan hak hidup yang menentang ketidakadilan,
menentang imperialisme. 60 tahun lalu solidaritas kita perjuangkan untuk
memberi keadilan bagi rakyat kita itulah semangat gelora KAA 1955.
Itulah esensi dari semangat Dasa Sila Bandung</em><br /><br /><em>Kini 60
tahun kemudian kita bertemu kembali di negeri ini di Indonesia dengan
suasana berbeda, bangsa-bangsa telah merdeka namun perjuangan kita belum
selesai. Dunia yang kita warisi ini masih sarat dengan ketidakadilan
dan kesenjangan. Cita-cita bersama mengenai tatanan dunia baru yang
berdasarkan keadilan, kesetaraan masih jauh. </em><br /><br /><em>Ketidakseimbangan
global masih terpampang. Ketika negara kaya yang hanya sekitar 20
persen penduduk dunia, mengkonsumsi sekitar 70 persen sumber daya dunia,
maka ketidakseimbangan global tidak dapat dihindari.</em><br /><br /><em>Ketika
banyak orang di belahan dunia sebelah utara (negara maju) menikmati
hidup mewah, sementara 1,2 miliar negara di wilayah selatan (negara
berkembang) hidup dalam kemiskinan dengan penghasilan kurang dari 2
dolar per hari, maka ketidakadilan global menjadi jelas.</em><br /><br /><em>Di
saat sekelompok negara kaya mengatakan bisa mengubah dunia dengan
niatnya sendiri, maka ketidakseimbangan global telah menghancurkan kita
semua. semantara makin kuat terlihat bahwa PBB tidak bisa melakukan
apa-apa.</em><br /><br /><em>Aksi-aksi kekerasan tanpa mandat PBB, telah
memperlihatkan bahwa mengabaikan keberadaan organisasi internasional
itu. Untuk itu kita sebagai negara Asia Afrika, mendesak dilakukannya
reformasi PBB agar berfungsi sebagai organisasi dunia yang mendorong
keadilan bagi sesemua bangsa.</em><br /><br /><em>Bagi saya
ketidakseimbangan global semakin menyesakkan dada. Kita dan dunia masih
berutang kepada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan
penderitaan rakyat Palestina. Kita tidak boleh berpaling dari penderitan
rakyat Palestina. Kita harus mendukung sebuah negara Palestina yang
merdeka.</em><br /><br /><em>Ketidakadilan global juga tampak jelas ketika
seklompok negara menolak perubahan realitas yang ada. Pandangan yang
mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh
Bank Dunia, IMF, dan ADB adalah pandangan yang usang dan perlu dibuang. </em><br /><br /><em>Saya
berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan pada tiga
lembaga keuangan itu. Kita mendesak reformasi arsitektur keuangan
global. Saat ini butuh pimpinan global yang kolektif dan Indonesia
sebagai kekuatan ekonomi baru yang bangkit sebagai negara berpenduduk
muslim terbesar di muka bumi dan Indonesia sebagai negara demokrasi
ketiga di dunia siap memainkan peran global. Indonesia siap bekerjasama
dengan berbagai pihak mewujudkan cita-cita itu.</em><br /><br /><em>Hari ini
dan hari esok kita hadir di Jakarta menjawab ketidakadilan dan
ketidakseimbangan itu. Hari ini dan hari esok dunia menanti
langkah-langkah kita berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa
lain di dunia, kita bisa melakukan itu semua dengan membumikan semangat
Bandung dengan mengacu pada tiga cita-cita.</em><br /><br /><em>Pertama
kesejahteraan, kita harus mempererat kerjasama menghapuskan kemiskinan,
mengembangankan kesehatan dan memperluas lapangan kerja. Kedua,
solidaritas, kita harus tumbuh dan maju bersama dengan membangun
kerjasama ekonomi, membantu menghubungkan konektivitas. </em><br /><br /><em>Ketiga,
stabilitas internal dan eksternal kepada hak-hak asasi manusia. Kita
harus bertanya apa yang salah dengan kita. Kita harus bekerjasa sama
atasi ancaman kekerasan, pertikaian dan radikalisme seperti ISIS. Kita
harus nyatakan perang terhadap narkoba yang menghancurkan masa depan
anak-anak kita. OKI dan Indonesia memprakarsai pertemuan informal
organisasi kerjasama Islam. Kita juga harus bekerja keras menciptakan.</em><br /><br /><em>Kita
menuntut sengketa antarnegara tidak diselesaikan dengan penggunaan
kekuatan dan kita rumuskan cara penyelesaiannya dalam sidang KAA ini.</em><br /><br /><em>Melalui
forum ini saya ingin sampaikan keyakinan saya bahwa masa depan dunia
ada di sekitar equator, di tangan kita bangsa Asia Afrika yang ada di
dua benua.</em><br /><br /><em>Dengan mengucap Bismilahirrahmanirrahim, Konferensi Asia Afrika tahun 2015 dibuka.</em>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-53721552100940303762015-04-05T19:52:00.001+07:002015-04-05T19:52:07.770+07:00Begini Gaya Sukarno Muda, Suka Berhutang Makan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixBOhH-5TYYomJdjDWRxhhUH962i6n5hKBhyphenhyphendKFNr-Ve2ZvI2GKrM_WMTcxPC1i9PbUxlWQJNyTfm6VKcSBc0pONB-SY20sb_jXAL2horFPEV86WqmdEafu2JbVNSDx68YC829N167gSZy/s1600/46359_620_tempoco.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixBOhH-5TYYomJdjDWRxhhUH962i6n5hKBhyphenhyphendKFNr-Ve2ZvI2GKrM_WMTcxPC1i9PbUxlWQJNyTfm6VKcSBc0pONB-SY20sb_jXAL2horFPEV86WqmdEafu2JbVNSDx68YC829N167gSZy/s1600/46359_620_tempoco.jpg" height="182" width="320" /></a></div>
<a href="http://www.tempo.co/read/news/2015/04/04/108655299/Begini-Gaya-Sukarno-Muda-Suka-Berhutang-Makan">TEMPO.CO, Bandung </a>- Sepulang kuliah teknik di kampus yang sekarang menjadi Institut
Teknologi Bandung, Sukarno kerap mampir ke Rumah Makan Madrawi di Jalan
Dalem Kaum, Bandung. Di sana ia bersantap siang menu kesukaannya,
seperti soto dan sate ayam 10 tusuk, gule serta rawon. Setelah makan, ia
pulang dan meninggalkan hutang setalen atau 25 sen.<br /><br />Itu salah
satu kebiasaan Sukarno muda, yang kelak menjadi pemimpin dan Presiden
pertama Republik Indonesia. Pemilik Rumah Makan Madrawi, kakak beradik
Madrawi dan Badjuri tak resah. "Besoknya (hutang) langsung dibayar, jadi
50 sen," kata penerus restoran itu, Fadli Badjuri, 108 tahun, kepada
Tempo.<br /><br />Sekitar tengah hari, kata Fadli, karibnya itu sering
datang untuk makan siang. Sepeda tunggangannya yang bermerek Hercules
warna hijau, diparkir dekat jendela. Ia lalu mengambil tempat
favoritnya, duduk di sudut kanan dekat jendela dari pintu masuk. Sukarno
ke Bandung untuk kuliah pada 1920 dan lulus sebagai arsitek.<br /><br />Rumah
makan itu juga jadi tempat favorit Sukarno dan aktivis pergerakan
seperti Sarekat Islam untuk rapat dan diskusi."Tempat kumpul membahas
politik dan negara merdeka itu berada di ruangan khusus, di tengah agak
ke belakang, bersekat lemari kaca. "Yang rapat biasanya 10-15 orang,"
kata Fadli, kelahiran 13 Maret 1907.<br /><br />Saat itu, Fadli yang berusia
belasan, seringnya hanya melayani Sukarno. Badjuri ayahnya, yang suka
berbincang sebagainya sesama aktivis pergerakan. Sesekali Fadli
berbincang sebentar dengan Sukarno. Pernah ia menyampaikan pemikirannya
ke Fadli, "Orang-orang di luar kulit putih dianggap buta huruf, terutama
orang Afrika," kata Sukarno muda.<br /><br />Ketika Sukarno ditahan di
penjara Jalan Banceuy pada 1929 dengan tuduhan ingin melawan pemerintah
Belanda lewat Partai Nasional Indonesia, Fadli bersama Inggit Garnasih
rutin mengantarkan makan siang Sukarno. Untuk makan malam, Fadli sendiri
yang berangkat karena berbahaya buat Inggit.<br /><br />Tokoh lain yang
datang dan makan di Madrawi seperti Oto Iskandar Dinata, Mohamad Yamin,
Roeslan Abdoelgani, Ali Sastroamodjojo, serta Muso, dan Kartosuwiryo.
Rumah makan legendaris berukuran 15 x 20 meter persegi yang buka dari
pukul 8 pagi hingga kadang pukul 3 dinihari itu kini tinggal sejarah.<br /><br />Fadli
menutup tempat usahanya pada 1987 ketika lahannya yang berstatus tanah
wakaf milik Masjid Agung, dipakai untuk perluasan tempat ibadah.
Lokasinya sekarang menjadi pelataran samping masjid di depan pos Satuan
Polisi Pamong Praja Jalan Dalem Kaum.<br /><br /><strong>ANWAR SISWADI</strong>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-14349203759132212432015-04-03T10:54:00.001+07:002015-04-03T10:54:22.861+07:00Mobil kepresidenan Soekarno ternyata hasil curianReporter : <a href="http://www.merdeka.com/reporter/ramadhian-fadillah/" target="_blank">Ramadhian Fadillah</a><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0FoIGCXIy3W32ztJhmkVbviaC30ntZz-zz3u4VZbe5KKv8l4arEVGt0LuJlq3hz0v8IhaGPtrh5a3-ALl7CuRtOpaiAyKuphS_QQCXkc6xD30GC85myI2byw6Xaow6aMrzYp53YiA27T6/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0FoIGCXIy3W32ztJhmkVbviaC30ntZz-zz3u4VZbe5KKv8l4arEVGt0LuJlq3hz0v8IhaGPtrh5a3-ALl7CuRtOpaiAyKuphS_QQCXkc6xD30GC85myI2byw6Xaow6aMrzYp53YiA27T6/s1600/images.jpg" /></a></div>
<b><a href="http://merdeka.com/">Merdeka.com</a> - </b>Mobil dinas kepresidenan yang dipakai Presiden <b><strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/susilo-bambang-yudhoyono/">Susilo Bambang Yudhoyono</a></strong></b> adalah mobil Mercedes-Benz S600L model W221. Mobil keluaran tahun 2008 ini tahan peluru, canggih dan amat nyaman digunakan.<br /><br />Bagaimana dengan mobil kepresidenan pertama yang digunakan Presiden RI pertama, <b><strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soekarno/">Soekarno</a></strong></b>? Ternyata malah mobil curian!<br /><br />Ceritanya saat itu Republik Indonesia baru diproklamasikan. Tapi belum ada mobil kepresidenan untuk <b><strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soekarno/">Soekarno</a></strong></b>. Masa iya, Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia harus jalan kaki kemana-mana?<br /><br />"Para
pengikutku yang setia menganggap sudah seharusnya seorang presiden
memiliki sebuah sedan mewah. Karena itu mereka mengusahakannya. Sudiro
mengetahui ada sebuah Buick besar muat tujuh orang yang merupakan mobil
paling bagus di <b><a href="http://www.merdeka.com/tag/j/jakarta/">Jakarta</a></b>. Dengan gorden di jendela belakang."<br /><br /><b>"Sayang
mobil ini milik Kepala Jawatan Kereta Api, seorang Jepang. Tetapi soal
begini tidaklah membuat pusing Sudiro. Tanpa kuketahui, dia pergi
mencari mobil itu dan menemukannya sedang diparkir di sebuah garasi,"</b>
ujar Soekarno dalam biografi 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat
Indonesia' yang ditulis Cindy Adams.<br /><br />Sudiro yang mengenal supir
itu langsung meminta sang supir menyerahkan kunci mobil Buick mewah
tersebut. Sopir itu bertanya akan diapakan mobil tersebut.<br /><br />"Saya bermaksud memberikannya kepada Presiden kita," balas Sudiro.<br /><br />Sopir
muda itu pun mengangguk setuju. Dia menyerahkan kunci mobil majikannya
pada Sudiro. Sopir ini pun kemudian disuruh Sudiro pulang kampung agar
tidak dicari majikannya. <br /><br /><b>Mobil sudah ada. Kunci pun sudah ada.
Namun masalah belum selesai, Sudiro ternyata tak bisa menyetir mobil.
Zaman itu memang sangat sedikit pribumi yang bisa menyetir mobil.</b><br /><br />"Hanya
beberapa di antara kami yang bisa. Orang pribumi tidak memiliki
kendaraan di zaman Belanda dan hanya para pejabat yang diizinkan di
zaman Jepang. Syukurlah, dengan pertolongan kawan Sudiro yang lain,
seorang sopir pembesar Jepang, akhirnya mobil itu sampai ke rumahnya
yang baru, di halaman belakang rumahku," jelas Soekarno.<br />
<div id="mdk-body-newsinit">
[ian]</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-38543171628736967742015-02-23T22:04:00.002+07:002015-02-23T22:04:58.090+07:00Kisah Supersemar dan Soekarno ngamuk di Istana BogorReporter : <a href="http://www.merdeka.com/reporter/rahmat-hidayat/" target="_blank">Rahmat Hidayat</a><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoGXrGi_BTAU6Jg9ZEbElLawaMzPwnFo2Qeq_F9vEjsiQLbJpZou01pPtFEHS0JyqTrTziydQs4u_KEB606louSbp2qDFNiB0m8yqd7pks3-QMuZwDmbQ7IqrC1wN-gaUz_vP9vGKInzHZ/s1600/kisah-supersemar-dan-soekarno-ngamuk-di-istana-bogor-lipsus-istana-bogor-3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoGXrGi_BTAU6Jg9ZEbElLawaMzPwnFo2Qeq_F9vEjsiQLbJpZou01pPtFEHS0JyqTrTziydQs4u_KEB606louSbp2qDFNiB0m8yqd7pks3-QMuZwDmbQ7IqrC1wN-gaUz_vP9vGKInzHZ/s1600/kisah-supersemar-dan-soekarno-ngamuk-di-istana-bogor-lipsus-istana-bogor-3.jpg" height="160" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span id="mdk-body-news-caption">soekarno. ©2013 Merdeka.com</span></td></tr>
</tbody></table>
<b><a href="http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-supersemar-dan-soekarno-ngamuk-di-istana-bogor-lipsus-istana-bogor-3.html">Merdeka.com </a>- </b>Di balik kemegahannya, Istana Bogor menyimpan
sejarah yang dramatis tentang sebuah perpindahan kekuasaan. Turunnya
Surat Perintah 11 Maret atau yang dikenal dengan Supersemar menjadi
titik balik berkuasanya <b><strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soeharto/">Soeharto</a></strong></b> menggantikan <b><strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soekarno/">Soekarno</a></strong></b>.
Ada tiga jenderal yang ikut berperan mendalangi turunnya Supersemar.
Siapa saja tiga jenderal tersebut? Bagaimana kisah dramatis yang terjadi
di Istana Bogor waktu itu?<br /><br />Hari itu, Jumat tanggal 11 Maret
1966, waktu menunjukkan pukul 13.00 di Istana Bogor. Terdengar deru
helikopter mendarat di lapangan istana. Ternyata tiga orang jenderal
angkatan darat (AD) datang untuk menemui <b><strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soekarno/">Soekarno</a></strong></b>.
Ada yang mengatakan mereka datang mengendarai jeep yang dikemudikan
oleh Brigjen Muhammad Jusuf yang waktu itu menjabat sebagai Menteri
Perindustrian. Dua jenderal lainnya, yaitu Mayjen Basuki Rachmat
(Menteri Veteran dan Demobilisasi) dan Brigjen Amir Mahmud (Panglima
Kodam Jaya).<br /><br />Soekarno sedang istirahat saat trio jenderal datang.
Hari itu memang bukan hari yang menggembirakan bagi Soekarno. Tidak
seperti biasanya, dia datang ke Istana Bogor lebih awal. Soekarno pergi
meninggalkan rapat kabinet di <b><a href="http://www.merdeka.com/tag/j/jakarta/">Jakarta</a></b>
menuju Bogor dengan tergesa-gesa. Brigjen Saboer, pengawal dan ajudan
kepercayaan Soekarno, melaporkan adanya kericuhan dan pasukan liar
mendekati istana. Padahal sebelumnya, Amir Mahmud yang dipercaya untuk
mengamankan rapat, melaporkan situasi dalam kondisi aman.<br /><br />Kejadian
tersebut yang memunculkan inisiatif dari Basuki Rachmat dan Jusuf untuk
menemui Soekarno di Bogor. Meskipun kedua menteri ini hadir dalam rapat
kabinet di Istana Merdeka, tapi mereka tidak tahu menahu mengenai
laporan berbeda hingga memunculkan ketegangan antara Saboer dan Amir
Mahmud. Sebelum berangkat ke Bogor, trio jenderal sempat menemui <b><strong><a href="http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soeharto/">Soeharto</a></strong></b>
di Jalan Haji Agus Salim. Waktu itu Soeharto yang telah diangkat
Soekarno sebagai Panglima Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, sedang
dalam kondisi sakit. Soeharto kemudian mengizinkan ketiganya untuk
menemui Soekarno dan menitipkan pesan, Saya bersedia memikul
tanggungjawab apabila kewenangan untuk itu diberikan kepada saya untuk
melaksanakan stabilitas keamanan dan politik berdasarkan Tritura.<br /><br />Di
balik kedatangan tiga jenderal itu ternyata ada maksud lain. Mereka
meminta Soekarno agar memberikan kewenangan penuh kepada Soeharto untuk
mengamankan kondisi negara. Berdasarkan pengakuan Lettu Sukardjo,
pengawal presiden yang berjaga waktu itu, suasana nampak tegang. Antara
tiga jenderal dan Soekarno terlibat adu argumen tentang isi surat
kewenangan yang akan diberikan kepada Soeharto. Bahkan Sukardjo
mengatakan sempat terjadi todong-todongan senjata antara dirinya dan
trio jenderal.<br /><br />Karena berbagai desakan yang muncul, akhirnya
Soekarno menandatangani surat kewenangan untuk Soeharto. Surat itu yang
kemudian dikenal dengan nama Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966.
Berbekal SP 11 Maret, Soeharto setapak melangkah lebih depan menuju
kekuasaan. Dia tampil sebagai pahlawan kesaktian Pancasila yang telah
membasmi bahaya komunis dari Tanah Air. Maka setahun pasca keluarnya
Supersemar, Soeharto mengubah Indonesia dari era Orde Lama menuju era
Orde Baru. Tepat pada tanggal 22 Februari 1967, Soekarno menyerahkan
nakhoda pemerintahan Indonesia kepada Soeharto.<br /><br />Setelah runtuhnya
kekuasaan Soeharto, banyak yang mengungkap mengenai kisah di balik
munculnya Supersemar. Butir-butir di dalam Supersemar ternyata
disalahtafsirkan Soeharto sebagai penyerahan wewenang pimpinan
pemerintahan. Ada pula yang meragukan mengenai keaslian dari Supersemar
yang dipegang Soeharto dengan yang diberikan oleh Soekarno. Salah satu
dari trio jenderal itu diduga menyimpan naskah asli Supersemar.
Sayangnya, ketiga jenderal tersebut sudah mangkat dan Supersemar yang
asli masih menjadi misteri.<br /><br />Di balik itu semua, Istana Bogor
telah menjadi saksi berbagai sejarah yang akan terekam di
dinding-dinding bangunan megah itu sepanjang masa. Istana yang
seharusnya menjadi pengingat bagi setiap orang yang singgah atau sekadar
melihat rusa-rusa cantik di sana. Istana yang dibangun bukan hanya
sebagai penghias kota Bogor. Tapi ia sebuah bangunan yang harusnya
menyadarkan kita agar jangan pernah melupakan sejarah. Istana Bogor,
sebuah istana yang kini dipilih oleh Presiden Jokowi sebagai tempat
utama untuk mengatur pemerintahan Indonesia. Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-85203610366148938022015-01-14T22:06:00.000+07:002015-01-14T22:10:41.618+07:00Soedirman, panglima teguh bermantel lusuhReporter : <a href="http://www.merdeka.com/peristiwa/soedirman-panglima-teguh-bermantel-lusuh.html">Ramadhian Fadillah <b>Merdeka.com</b></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Suatu malam di belantara Jawa tahun 1949. Soedirman terbatuk-batuk
sepanjang malam dalam sebuah pondok reot di tengah hutan. Mantel
lusuhnya tidak mampu menahan udara dingin malam itu. Paru-parunya terus
digerus penyakit TBC yang makin parah. Di luar pondok, berjaga belasan
pengawal Soedirman. Mereka tahu saat ini sang panglima menjadi buruan
nomor satu pasukan baret merah Belanda, Korps Speciale Troepen (KST).
Nyawa Soedirman dalam bahaya besar.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFAPMwALee2F_4iC363OEzaulC5c2oGEDM5sKLM4UTpLniVX05GnpD-s4l9Ak7t6g1qRMrqVmMVUvsBDkbhyphenhyphen7xSr_hZ-YhWZFhUtFes7Q6Fz-XT7KlzIsyG4KAXaSUQFiiRmkYr1RuynTh/s1600/soedirman-panglima-teguh-bermantel-lusuh.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFAPMwALee2F_4iC363OEzaulC5c2oGEDM5sKLM4UTpLniVX05GnpD-s4l9Ak7t6g1qRMrqVmMVUvsBDkbhyphenhyphen7xSr_hZ-YhWZFhUtFes7Q6Fz-XT7KlzIsyG4KAXaSUQFiiRmkYr1RuynTh/s1600/soedirman-panglima-teguh-bermantel-lusuh.jpg" height="160" width="320" /></a></div>
<br />
Tak ada pengawal Soedirman yang tidak meneteskan air mata. Betapa teguh hati jenderal bermantel lusuh yang sakit-sakitan itu.<br />
<br />
<b>Soedirman
lahir tahun 1916 di Desa Bantarbarang, Purbalingga, Jawa Tengah.
Awalnya Soedirman adalah guru di sekolah Muhammadiyah. Dia kemudian
mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Soedirman
menjadi Daidancho atau Komandan Batalyon di Kroya. Setelah kemerdekaan,
Soedirman mendapat pangkat kolonel dan memimpin Divisi Y. Dia membawahi
enam resimen di Jatiwangi, Cirebon, Tegal, Purwokerto, Purworedjo dan
Cilacap.</b><br />
Nama Soedirman bersinar saat pertempuran di Ambarawa.
Dalam pertempuran yang terjadi tahun 1945 itu, Soedirman dan pasukannya
berhasil memukul pasukan Inggris. Dalam sidang tentara, Soedirman
kemudian terpilih menjadi panglima TNI. Soedirman memikul tanggung jawab
besar. Mempertahankan kemerdekaan RI dari kemungkinan ancaman agresi
militer Belanda.<br />
<br />
Agresi Militer Balanda II tanggal 19 Desember
1948 sukses menduduki Yogyakarta yang saat itu menjadi ibukota Republik
Indonesia. Gabungan pasukan baret hijau dan baret merah Belanda merebut
Yogya hanya dalam hitungan jam. Mereka pun menangkap para pimpinan
republik. Soekarno, Hatta, Sjahrir dan hampir seluruh pejabat negara
saat itu.<br />
<br />
Tapi Soedirman tidak mau menyerah. Dia menolak
permintaan Soekarno untuk tetap tinggal di Yogyakarta. Saat itu ada
perbedaan pendapat antara pemimpin sipil dan pemimpin militer. Soedirman
memilih masuk hutan. Memimpin pasukannya dari belantara hutan dan
mengorbankan perlawanan semesta sesuai perintah siasat nomor satu.
Soedirman memerintahkan seluruh prajurit TNI untuk membentuk
kantong-kantong gerilya. Mundur dari daerah perkotaan yang dikuasai
Belanda dan bersiap untuk bergerilya dalam waktu yang panjang. <br />
<br />
Dimulailah
perjalanan legenda itu. Panglima tertinggi TNI dengan paru-paru
sebelah, dan tubuh sempoyongan bergerilya keluar masuk hutan.
Mengorganisir anak buahnya dan membuktikan TNI masih ada. Ibukota negara
boleh jatuh, presiden boleh ditawan, tapi TNI tidak pernah menyerah.
Benteng terakhir republik ada dalam hati para prajurit.<br />
<br />
Kondisi
kesehatan Soedirman terus memburuk. Akhirnya dia terpaksa ditandu.
Konon, setiap prajurit berebutan mengangkut tandu sang jenderal itu.
Mereka semua merasa haru melihat sosok Pak Dirman.<br />
<br />
Pasukan baret
merah Belanda selalu gagal menangkap Soedirman. Berkali-kali pasukan
kebanggaan Jenderal Spoor ini harus pulang dengan tangan hampa saat
memburu Soedirman. <br />
<br />
Perjuangan Soedirman tidak sia-sia. Berbagai
serangan yang dilakukan TNI mampu mendesak Belanda duduk ke meja
perundingan. Hingga akhirnya Belanda setuju untuk meninggalkan
Yogyakarta. <br />
<br />
Maka Soedirman kembali ke Yogyakarta.
Resimen-resimen TNI berbaris menyambutnya. Lagi-lagi mereka tidak kuasa
menahan haru melihat tubuh kurus yang berbalut mantel seperti milik
petani itu. Para prajurit tahu hanya semangat yang membuat Pak Dirman
tahan bergerilya berbulan-bulan.<br />
<br />
Gerilya yang dilakukan Soedirman
besar artinya untuk Republik Indonesia. Jika Soedirman tidak bergerilya
dan melakukan serangan pada Belanda, maka dunia internasional akan
percaya propaganda Belanda bahwa republik sudah hancur. Tanpa gerilya,
Indonesia tidak akan mungkin punya suara dalam perundingan
Internasional.<br />
<br />
Di depan istana Presiden Yogyakarta, Soekarno
merangkul Soedirman. Soekarno sempat mengulangi pelukannya karena saat
pelukan pertama tidak ada yang memotret momen itu. Momen ini penting
artinya, pertemuan keduanya seakan menghapus perbedaan pendapat antara
pemimpin sipil dan militer.<br />
<br />
Soedirman meninggal 29 Januari 1950.
Saat merah putih sudah berkibar di seluruh pelosok nusantara, Soedirman
tidak hidup cukup lama untuk melihat hasil perjuangannya. <br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-55861397990842372442014-12-19T19:41:00.002+07:002014-12-19T19:41:56.181+07:00Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Nusa Tenggara Timur Tinggalkan Jejak Sejarah Kelahiran Pancasila<div style="text-align: justify;">
<strong>PROKLAMATOR</strong> Kemerdekaan
Soekarno pernah tinggal di Kabupaten Ende empat tahun. Rumah bersejarah
itu kini terawat baik dan menjadi bangunan cagar budaya. Banyak
peninggalan Bung Karno yang tersimpan di rumah tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><a href="http://www.jpnn.com/read/2014/12/19/276422/Tinggalkan-Jejak-Sejarah-Kelahiran-Pancasila-">Laporan Thoriq S. Karim, Ende JPNN.COM</a></strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Soekarno menjalani masa pengasingan di
Kelurahan Kota Ratu, Kabupaten Ende, pada 1934–1938. Saat itu Bung Karno
masih berusia 33 tahun.</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM1GIcL9TIHjPlsXauHe5PlZgZEQfAmxR0fT6m9WFdJ_K9Y0vN6JrcvbxyHAkKNI8D2Dw23AtBdlQRBm_hQPrOoZJGs6rl-LTxKGCGDL68t_UhU03MTqOokTATiKxnqtiTHNPrmju9WAo/s1600/023421_136960_Kaki_Ende.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM1GIcL9TIHjPlsXauHe5PlZgZEQfAmxR0fT6m9WFdJ_K9Y0vN6JrcvbxyHAkKNI8D2Dw23AtBdlQRBm_hQPrOoZJGs6rl-LTxKGCGDL68t_UhU03MTqOokTATiKxnqtiTHNPrmju9WAo/s1600/023421_136960_Kaki_Ende.jpg" height="257" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><div style="color: #7c7c7c; font: normal 11px Arial; line-height: 16px; margin-bottom: 15px;">
Syafrudin
menjelaskan artefak-artefak sejarah peninggalan Bung Karno selama
menjalani pengasingan di Ende, NTT. Foto: Thoriq S. Karim/Jawa
Pos/JPNN.com</div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
”Cukup muda, tapi sudah menggemparkan
dunia,” ujar Syafrudin Pua Ita, ahli waris pemilik rumah tersebut,
ketika menemui Jawa Pos (induk JPNN.com) beberapa waktu lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bung Karno diasingkan setelah pemerintah
Belanda menilai dia tidak mau diatur, bahkan menolak untuk tunduk. Bung
Karno tiba di Ende pada 14 Januari 1934 dengan menggunakan kapal barang
KM Van Riebeeck. Setelah berlayar delapan hari, dia bersama kerabatnya
tinggal di rumah milik sahabatnya bernama Abdullah Ambuwaru.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selama empat tahun, Bung Karno tinggal
bersama Inggit Ganarsih, istrinya; Amsih, mertuanya; dan dua anak angkat
Amsih yang bernama Ratna Juami dan Kartika.</div>
<div style="text-align: justify;">
Syafrudin menjelaskan, di kompleks rumah
itu Bung Karno menghabiskan hari-harinya. Tapi, dia tidak mau tinggal
diam. Banyak aktivitas yang dia lakukan. Mulai berdiskusi, merenung,
hingga membuat tonil (semacam naskah drama).</div>
<div style="text-align: justify;">
"Tonil karya Bung Karno sering dipentaskan siswa sekolah di Ende," ujar Syafrudin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rumah tempat pengasingan Bung Karno itu
terbilang amat sederhana. Sebagian besar dindingnya masih terbuat dari
papan. Salah satu kamarnya bersambung dengan ruang tamu. Di kamar itulah
Bung Karno bersama istri tidur.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada lagi satu ruang tamu tanpa meja
kursi alias lesehan. Tempat itu semula sering dimanfaatkan para tokoh
agama, seniman, tokoh masyarakat, dan tamu istimewa lainnya untuk
berdiskusi secara lesehan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rumah tersebut juga mempunyai pekarangan
yang cukup luas. Presiden pertama RI itu kerap menghabiskan waktu di
pekarangan untuk bercocok tanam. Sampai sekarang beberapa tanaman
peninggalan Bung Karno masih dibiarkan tumbuh di tempatnya. Salah
satunya pohon kipi yang berada di sisi kiri rumah tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mencapai rumah Bung Karno terbilang
tidak susah. Dari Bandara Hasan Aroeboesman NTT, perjalanan tidak lebih
dari 15 menit. Pengunjung dari luar bisa menggunakan jasa ojek atau
travel resmi yang ada di bandara. Masyarakat di Ende umumnya sudah tahu
lokasi rumah pengasingan Bung Karno yang bersejarah itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain bangunan yang masih terjaga baik,
Bung Karno meninggalkan sejumlah artefak bernilai nominal tinggi. Di
antaranya berupa perabotan rumah tangga, surat nikah, surat cerai,
hingga biola kesayangan. Ada pula dua tongkat yang masing-masing punya
ciri khas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tongkat dengan genggaman berbentuk
monyet biasanya digunakan Bung Karno saat menemui perwakilan pemerintah
Belanda. Itulah simbol penghinaan terhadap penjajah. Sedangkan satu
tongkat lain memiliki genggaman polos.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Bung Karno menggunakan tongkat ini ketika bertemu sahabatnya," ucap Syafrudin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain rumah pengasingan, Kabupaten Ende
kerap disebut sebagai Kampung Bung Karno. Banyak petilasan sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan
kemerdekaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Syafrudin memerinci, jejak sejarah
keberadaan Bung Karno di Ende tersebut berupa taman perenungan, gedung
pementasan tonil, tempat diskusi, dan sejumlah lokasi penting lainnya.
Memang, selama dalam pengasingan, Bung Karno tidak boleh bepergian jauh.
Aktivitas hidupnya dibatasi dalam radius 8 kilometer. Karena itu, ada
tempat-tempat yang dulu sering dipakai Bung Karno untuk menghabiskan
waktu selama di Ende.</div>
<div style="text-align: justify;">
Misalnya, setiap pagi ayahanda Ketua
Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tersebut mesti melapor ke markas
Belanda. Markas itu berlokasi di sebelah barat rumah pengasingan sang
proklamator. Jaraknya sekitar 200 meter dari rumah Bung Karno dan hingga
kini masih dimanfaatkan sebagai markas polisi militer.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah wajib lapor, Bung Karno biasanya
tidak langsung pulang. Dia mampir dulu ke taman, lalu duduk di bawah
pohon sukun di sebelah barat markas Belanda tersebut. Sambil menikmati
pemandangan laut yang terpampang di depannya, Bung Karno sering
merenungkan berbagai hal di tempat itu. Terutama masa depan republik
ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu renungan Bung Karno adalah
kondisi sosial masyarakat di Ende. Sebab, ada keunikan yang muncul di
permukaan. Yakni perkawinan campur antar pemeluk agama berbeda di daerah
tersebut yang sampai sekarang masih terasa. Kawasan pesisir didominasi
warga beragama Islam, sedangkan dataran tinggi didominasi warga beragama
Katolik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, pernikahan di Ende tidak memandang
perbedaan agama itu. Hebatnya, selama ini tidak pernah muncul konflik
sebagai akibat perbedaan agama tersebut. Sebaliknya, agama bisa
menjembatani ketika ada warga yang bertikai.</div>
<div style="text-align: justify;">
”Yang terpenting adalah kepercayaan bahwa Tuhan itu ada,” tutur Syafrudin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hasil perenungan di Ende itulah yang
kemudian disampaikan Bung Karno dalam pidato di Kongres Amerika Serikat.
Isinya merupakan cikal bakal kelahiran dasar negara Pancasila. Soekarno
menyatakan, ada lima prinsip hidup bagi warga Indonesia. Yakni
kepercaya kepada Tuhan, nasionalisme, kemasyarakatan, demokrasi, dan
keadilan sosial.</div>
<div style="text-align: justify;">
”Prinsip-prinsip itulah yang lalu disempurnakan menjadi dasar negara kita, Pancasila,” jelas Syafrudin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah melakukan perenungan di bawah
pohon sukun, Bung Karno pulang ke rumah pengasingan bersama kawan-kawan
simpatisannya dari berbagai kalangan. Ada tokoh agama, seniman, tokoh
pendidikan, hingga warga Belanda yang bersimpati kepadanya. Tamu-tamu
itu dijamu di ruang tamu yang kini menjadi tempat penyimpanan barang
peninggalan Bung Karno.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada 1938 Bung Karno dipindahkan ke
Bengkulu. Dia meninggalkan banyak benda bersejarah selama empat tahun
menjalani pengasingan di Ende. Yang kini sudah mengalami pemugaran
menjadi bangunan cagar budaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Misalnya taman perenungan yang sekarang
dihiasi patung besar Bung Karno duduk di bawah pohon sukun sambil
menerawang jauh ke pantai. Lalu tempat pementasan tonil yang masih dalam
pembangunan. Begitu juga makam ibu Amsih, mertua Bung Karno, yang juga
dalam pemugaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
”Pemugaran tempat-tempat petilasan Bung
Karno itu merupakan proyek yang digagas mantan Wakil Presiden Boediono
pada 2012. Pembiayaannya menggunakan APBN,” ungkap Syafrudin. <strong>(*/c10/c9/ari)</strong></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-53566892282390807252014-12-07T20:48:00.001+07:002014-12-07T20:48:23.324+07:00Tentara Jepang Pamerkan Kisah Perjuangannya di Pantai Eretan Indramayu<strong>Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo</strong><br />
<strong><a href="http://www.tribunnews.com/internasional/2014/12/07/tentara-jepang-pamerkan-kisah-perjuangannya-di-pantai-eretan-indramayu">TRIBUNNEWS.COM, TOKYO</a> -</strong> Tentara <a href="http://www.tribunnews.com/tag/jepang/" title="Jepang">Jepang</a>
yang pernah bertempur baik di Indonesia maupun di Filipina mulai 8 dan 9
Desember besok memamerkan dokumentasi catatan sejarah mereka dan
foto-foto zaman dulunya di galeri Shichijodori Honcho, Higashiyama-ku,
kota Kyoto.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjshrxASYlug5NUHuKRHzvcCNK4LGYjM3xm8geAEq1P0xKsZ9QJuJR-BY0XSS6hy6KhlWaYxZp5Vzo4KOt9c4gqHO_Ky5QZaAwpwo2iP6OvVz33f3EVGlsoOS3PpUaWpmBz8pYHYg2Qwgqv/s1600/tentara-jepang_20141207_20141207_165041.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjshrxASYlug5NUHuKRHzvcCNK4LGYjM3xm8geAEq1P0xKsZ9QJuJR-BY0XSS6hy6KhlWaYxZp5Vzo4KOt9c4gqHO_Ky5QZaAwpwo2iP6OvVz33f3EVGlsoOS3PpUaWpmBz8pYHYg2Qwgqv/s1600/tentara-jepang_20141207_20141207_165041.jpg" height="320" width="304" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Masayuki Nakano (80) putra sulung Yuichi Nakano (alm) </td></tr>
</tbody></table>
"Kami ingin agar generasi muda sekarang mengetahui sejarah yang
sebenarnya di masa lalu sehingga dipamerkan kisah sejarah ini, catatan
sejarah ini beserta foto zaman dulu saat perang," papar Masayuki Nakano
(80) putra sulung almarhum Yuichi Nakano yang hidup antara tahun
1907-1991.<br />
Dalam pameran rekam jejak oleh almarhum Nakano selama 77 tahun,
almarhum menulis mengenai kisah perangnya di berbagai negara. Khusus di
Indonesia terjadi di pantai Eretan <a href="http://www.tribunnews.com/tag/indramayu/" title="Indramayu">Indramayu</a> pulau Jawa. Tanggal 1 Maret 1942 Nakano menuliskan dia mendarat di pantai Eretan <a href="http://www.tribunnews.com/tag/indramayu/" title="Indramayu">Indramayu</a>.<br />
"Saat mendarat di pantai Eretan terjadi pertempuran sangat sengit melawan tentara sekutu sehingga sekitar sepertiga tentara <a href="http://www.tribunnews.com/tag/jepang/" title="Jepang">Jepang</a> menjadi korban dan meninggal dunia," tulis buku harian tersebut.<br />
<span style="color: red;">Setelah itu Nakano sempat ditangkap dan di penjara di sana. Bulan
Juli 1943 akhirnya Nakano berhasil pulang kembali ke kampung halamannya
di Kyoto setelah dilepaskan dari penjara perang. Berarti Nakano berada
di Indonesia sekitar 15 bulan saat perang dunia lampau</span>.<br />
"Saya senang sekali bisa kembali ke kediaman kampung halaman saya,"
tulis almarhum Nakano lagi yang menuliskan kisahnya pada kertas
sepanjang 8 meter.<br />
Masayuki sendiri melihat kisah ayahnya itu sangat patriotik sehingga
meskipun perang telah berakhir sekitar 70 tahun lalu, Masayuki melihat
perlunya kalangan muda saat ini mengetahui sejarah di masa lalu, "Kami
ingin mereka yang muda datang ke sini merasakan jaman saat itu."<br />
Berbagai tulisan harian pada kertas atau surat dipamerkan, beserta
foto-foto jaman dulu dan juga bagde-badge atribut para tentara <a href="http://www.tribunnews.com/tag/jepang/" title="Jepang">Jepang</a> yang berjuang di masa perang dunia kedua lampau itu.<br />
Galeri terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya apa pun bagi umum yang hadir ke sana.<br />
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7706808372237947007.post-12898372684003823792014-11-07T18:49:00.001+07:002014-11-07T18:52:38.041+07:00Mensos: Keluarga Pahlawan Nasional Dapat Tunjangan Tiap Bulan<div class="txt-detailberita">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjN4vNpLPolhyAVwu9GpywNQR5Zrb_h7GCSP-XmUgwg0227EEJYGYQkoS3OVrZbMKRFATn48bQYPArqXApeNTztJMNFPN-_fhqdabaFs8XqSnLLew0uqfZsL5ukRYfkAowKBrAnj2A2zk41/s1600/141107174752-499.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjN4vNpLPolhyAVwu9GpywNQR5Zrb_h7GCSP-XmUgwg0227EEJYGYQkoS3OVrZbMKRFATn48bQYPArqXApeNTztJMNFPN-_fhqdabaFs8XqSnLLew0uqfZsL5ukRYfkAowKBrAnj2A2zk41/s1600/141107174752-499.jpg" height="236" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Presiden Jokowi memberikan ucapan selamat kepada 4 pejuang penerima
gelar Pahlawan Nasional di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (7/11).
(Republika/Tahta Aidilla) </td></tr>
</tbody></table>
<a href="http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/07/neo2sk-mensos-keluarga-pahlawan-nasional-dapat-tunjangan-tiap-bulan">REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA</a> -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru
saja memberikan gelar pahlawan nasional kepada empat tokoh yang telah
berjasa pada bangsa dan negara. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa
mengatakan, ada tunjangan yang diterima ahli waris pahlawan nasional.<br />
<br />
"Untuk
keluarga ada tanda penghormatan tiap bulan, ada uang kesehatan,"
ujarnya usai upacara penganugerahan gelar pahlawan nasional di Istana
Negara, Jumat (7/11). Meski demikian, Ketua Muslimat NU tersebut enggan
menyebut berapa nilai tunjangan yang diterima ahli waris pahlawan
nasional.<br />
<br />
"Kalau disebut jumlahnya masih jauh dari yang
semestinya kita bisa sampaikan," kata Khafifah. Dia menjelaskan, empat
tokoh yang mendapat gelar pahlawan nasional telah melalui proses panjang
hingga akhirnya diberi gelar istimewa tersebut.<br />
Mulai dari diajukan oleh pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi,
sampai di pemerintah pusat. Kemudian, setelah sampai di pemerintah pusat
akan ada verifikasi data calon pahlawan nasional. Tak hanya itu,
pemberian gelar pahlawan nasional juga harus melalui DPR. <br />
<br />
Berikut adalah empat tokoh yang menerima anugerah tersebut:<br />
<span style="background-color: #fff2cc;"><b>1. Alm Letjen TNI Djamin Ginting.</b></span><br />
<br />
Pada tahun 1947, saat
pasukan Belanda melancarkan Agresi Militer I, Djamin memimpin perlawanan
di Front Tanah Karo seperti Sibolangit, Pancur Batu, Tuntungan, Merek
dan Saribudolok. Selain itu, Djamin juga salah satu komandan pasukan
Indonesia dalam pertempuran Medan Area melawan pasukan Inggris di
Sumatera. Djamin juga pernah menjadi Duta Besar Luar Biasa RI di Kanada
pada 1972 sampai ia wafat di tahun 1974.<br />
<br />
<b>2. Almarhum Sukarni Kartodiwirjo</b><br />
<br />
Pria
kelahiran Blitar, 14 Juli 1916 ini merupakan salah satu orang yang
mendesak Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan
membawa keduanya ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Setelah
proklamasi, Sukarni menghimpun kekuatan pemuda mendukung pemerintah RI. <br />
<br />
<span style="background-color: #ffe599;"><b>3. Almarhum K.H. Abdul Wahab Chasbullah</b></span><br />
<br />
Tokoh
agama dari Jombang, Jawa Timur ini merupakan salah satu tokoh yang
merusmukan Resolusi Jihad sebagai dukungan terhadap perjuangan
kemerdekaan. Sebagai tokoh NU, Abdul Wahab juga pernah menghimpun
dukungan Nahdliyin pada pemerintah Indonesia dalam memenangkan perang
melawan Belanda. <br />
<br />
<span style="background-color: #ffe599;"><b>4. Almarhum Jenderal Mayor Mohammad Mangoendiprojo</b></span><br />
<br />
Pria
kelahiran Sragen, 5 Januari 1905 ini merupakan salah seorang tokoh
penggerak revolusi. Mohammad juga berjasa dalam mengambil alih aset
pribadi orang-orang Belanda yang tersimpan di Bank Escompto senilai
ratusan juta gulden. Uang tersebut kemudian digunakan untuk kepentingan
perjuangan.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0